KEADILAN HUKUMAN NABI Aa Gym dalam khotbahnya berkata: Salam sejahtera kepada penghulu segenap makhluk yang paling mulia, rakhmat bagi semesta alam, manusia paling sempurna, paling suci, dan penyempurna revolusi zaman, dialah Muhammad SAW. Dialah nabi paling pemurah, paling peramah, penuh kharisma dan kewibawaan, kesantunan, serta bergelar khatamul anbiya. Dialah jalan terang bagi gelapnya kehidupan dengan kesemarakan akhlaknya yang mulia, itulah puncak dari kebesaran dan kesempurnaannya sehingga beroleh gelar Al Amin (yang dipercaya). Waktu mendengar khotbah Aa Gym mengenai kemuliaan Nabi saya percaya karena itulah memang pemahaman saya, meskipun waktu itu saya tidak tahu apa-apa mengenai Nabi selain yang saya dengar. Kalau saya dengar yang tidak sesuai dengan pemahaman saya akan Nabi, saya akan bilang bahwa itu ngawur. Berikut adalah salah satu contoh yang diberikan Nabi dalam menerapkan hukuman yang adil. Hadiths Bukhari, Volume 4, Book 52, Number 261: Dinarasikan oleh Anas bin Malik Sekelompok orang yang terdiri dari 8 laki-laki dari suku Ukl datang menemui Nabi dan kemudian mereka merasa iklim di Medina tidak sesuai dengan mereka. Maka, kata mereka, “O Rasul Allah! Beri kami susu.” Rasul berkata, “Saya sarankan kamu bergabung dengan pengembala unta” Maka mereka pergi dan minum kencing unta-unta itu (sebagai obat) sampai mereka sehat dan gemuk. Kemudian mereka membunuh pengembala unta itu dan membawa lari unta-untanya, dan mereka menjadi murtad (meninggalkan islam)setelah sebelumnya memeluk islam. Pada waktu Nabi diberi tahu dengan teriakan minta tolong, dia mengirim beberapa orang untuk mengejarnya, dan sebelum matahari naik tinggi, mereka diketemukan, dan Nabi memerintahkan tangan-tangan dan kaki mereka dipoting. Kemudian beliau memerintahkan untuk mencungkil mata mereka dengan paku yang dipanaskan, dan mereka ditinggalkan di Harra (yaitu tanah berbatu di Medina). Mereka minta air, dan tidak seorangpun memberikan mereka air sampai mereka mati (Abu Qilaba berkata, “mereka bersalah melakukan pembunuhan dan pencurian dan melawan Allah dan Rasulnya, dan menyebarkan kejahatan di dunia) versi bahasa Inggrisnya: Narrated Anas bin Malik: A group of eight men from the tribe of 'Ukil came to the Prophet and then they found the climate of Medina unsuitable for them. So, they said, "O Allah's Apostle! Provide us with some milk." Allah's Apostle said, "I recommend that you should join the herd of camels." So they went and drank the urine and the milk of the camels (as a medicine) till they became healthy and fat. Then they killed the shepherd and drove away the camels, and they became unbelievers after they were Muslims. When the Prophet was informed by a shouter for help, he sent some men in their pursuit, and before the sun rose high, they were brought, and he had their hands and feet cut off. Then he ordered for nails which were heated and passed over their eyes, and whey were left in the Harra (i.e. rocky land in Medina). They asked for water, and nobody provided them with water till they died (Abu Qilaba, a sub-narrator said, "They committed murder and theft and fought against Allah and His Apostle, and spread evil in the land.") (Lihat juga Bukhari Vol 2, #577, 5-505, 7-623 dan 8-797. Cerita yang sama dapat dibaca di hadiths Muslim berikut Hadiths Muslims, Book 016, Number 4131: Anas reported: Eight men of the tribe of 'Ukl came to Allah's Messenger (may peace be upon him) and swore allegiance to him on Islam, but found the climate of that land uncogenial to their health and thus they became sick, and they made complaint of that to Allah's Messenger (may peace be upon him), and he said: Why don't you go to (the fold) of our camels along with our shepherd, and make use of their milk and urine. They said: Yes. They set out and drank their (camels') milk and urine and regained their health. They killed the shepherd and drove away the camels. This (news) reached Allah's Messenger (may peace be upon him) and he sent them on their track and they were caught and brought to him (the Holy Prophet). He commanded about them, and (thus) their hands and feet were cut off and their eyes were gouged and then they were thrown in the sun, until they died. This hadith has been narrated on the authority of Ibn al-Sabbah with a slight variation of words. (juga Hadiths Muslim Book 016, Number 4132, 4130) Saya tidak bisa percaya bahwa Nabi Muhammad yang dalam pemahaman saya selama ini sangat mulia, bisa berbuat sekejam ini. Para pencuri itu (8 orang itu), yang murtad, yang membunuh penggembala unta miliknya, harus dihukum dengan cara seperti itu. Saya baca di beberapa tulisan lain bahwa semua ini adalah hukuman yang setimpal karena diceritakan bahwa pencuri itu juga mencungkil mata penggembala itu. Kalaupun penggembala itu begitu kejam, apakah Nabi perlu melakukan hal yang sama atau bahkan lebih kejam dari itu. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana penyiksaan yang dialami oleh orang-orang ini, yang matanya dicungkil, tangan dan kakinya dipotong, kemudian dijemur di panas matahari, dan tidak diberi air menjelang ajalnya meskipun telah meminta. Dan semua ini dilakukan atas perintah Nabi? Berkaitan dengan kejadian ini, maka turunlah ayat Quran S 5:33-34 dimana Allah menyatakan hukuman apa yang perlu diberikan kepada para musuh Allah dan RasulNya dan bagi orang yang membuat kerusakan di muka bumi. (5:33) Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di dunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar, (34)kecuali orang-orang yang tobat (di antara mereka) sebelum kamu dapat menguasai (menangkap) mereka; maka ketahuilah bahwasanya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Saya tidak bisa memahami bahwa Allah menurunkan ayat seperti ini yang memerintahkan umatnya untuk memberi balasan sekejam itu. Bukankah Allah akan menghukum dosa manusia dengan siksa neraka yang digambarkan begitu menakutkan? Mengapa Allah harus memerintahkan manusia untuk menghukum manusia lain dengan cara seperti itu? Didalam ayat itu disebutkan bahwa jenis hukumannya hanyalah sbb : a) Dibunuh b) Disalib c) Dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik d) Dibuang dari negeri tempat kediamannya. Perhatikan bahwa ayat tsb tidak menyatakan adanya penyiksaan dengan mencungkil mata dan dijemur di panas matahari sampai mati tanpa diberi minum? Hukuman yang diperintahkan Nabi bahkan melebihi kekejaman hukuman yang ditetapkan Allah? Ibn Kathir dalam tafsir Quran menjelaskan bahwa ayat ini pada awalnya turun berkaitan dengan kejadian diatas. Berikut kutipannya: (34 akhir) diturunkan berkaitan dengan idolators/orang kafir. Karena itu Ayat ini menetapkan bahwa, siapapun diantara mereka yang bertobat sebelum kamu menangkap mereka, maka kamu tidak memilik hak untuk menghukum mereka. Ayat ini tidak menyelamatkan muslim dari hukuman jika dia membunuh, menyebabkan kerusakan dimuka bumi atau mengadakan perang terhadap Allah dan RasulNya dan bergabung dengan orang-orang kafir, sebelum mereka mampu menangkap mereka. Dia masih syah untuk dihukum karena perbuatan kriminal yang dilakukan. “Abu Dawud dan An-Nasai mencata bahwa Ikrimah berkata bahwa Ibn Abas berkata bahwa Ayat: pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi…) diturunkan berkaitan dengan idolators, siapa saja diantara mereka yang bertobat sebelum ditangkap, mereka masih syah untuk dihukum atas perbuatan kriminal yang dilakukan. Pendapat yang benar adalah bahwa ayat ini mempunyai arti secara umum dan mencakup idolators dan semua yang bersalah melakukan perbuatan kriminal yang disebutkan dalam ayat ini. Al-Bukhari dan Muslim mencatat bahwa Abu Qilabah Abdullah bin Zayd Al-Jarmi, berkata bahwa Anas bin Malik berkata, “Delapan orang dari suku Ukl datang kepada Rasul Allah dan menyatakan masuk Islam. Iklim di Medina tidak sesuai bagi mereka dan mereka menjadi sakit dan mengeluh kepada Rasul Allah. Maka dia berkata… Maka mereka pergi seperti disarankan dan setelah mereka meminum susu dan kencing unta, mereka menjadi sehat, dan mereka membunuh penggembala itu dan melarikan unta-untanya. Beritanya sampai kepada Nabi dan dia mengirim orang untuk mencari dan mereka tertangkap. Dia kemudian memerintahkan tangan dan kaki mereka (dan itu sudah dilakukan), dan mata mereka dicungkil dengan sepotong besi panas. Selanjutnya mereka dijemu di matahari sampai mereka mati.” Ini adalah kata-kata Muslim. Di narasi lain dalam Hadiths ini, disebutkan bahwa mereka ini berasal dari suku Ukl atau Uraynah. Narasi lainnya melaporkan bahwa orang-orang ini dijemur di area Harra (di Medina) dan waktu mereka minta minum, tidak ada air yang diberikan kepada mereka. Allah berkata… versi bahasa Inggrisnya: Allah is Of-Forgiving, Most Merciful,) "Were revealed about the idolators. Therefore, the Ayah decrees that, whoever among them repents before you apprehend them, then you have no right to punish them. This Ayah does not save a Muslim from punishment if he kills, causes mischief in the land or wages war against Allah and His Messenger and then joins rank with the disbelievers, before the Muslims are able to catch him. He will still be liable for punishment for the crimes he committed." Abu Dawud and An-Nasa'i recorded that `Ikrimah said that Ibn `Abbas said that the Ayah… "Was revealed concerning the idolators, those among them who repent before being apprehended, they will still be liable for punishment for the crimes they committed." The correct opinion is that this Ayah is general in meaning and includes the idolators and all others who commit the types of crimes the Ayah mentioned. Al-Bukhari and Muslim recorded that Abu Qilabah `Abdullah bin Zayd Al-Jarmi, said that Anas bin Malik said, "Eight people of the `Ukl tribe came to the Messenger of Allah and gave him their pledge to follow Islam. Al-Madinah's climate did not suit them and they became sick and complained to Allah's Messenger. So he said… So they went as directed, and after they drank from the camels' milk and urine, they became healthy, and they killed the shepherd and drove away all the camels. The news reached the Prophet and he sent (men) in their pursuit and they were captured. He then ordered that their hands and feet be cut off (and it was done), and their eyes were branded with heated pieces of iron. Next, they were put in the sun until they died." This is the wording of Muslim. In another narration for this Hadith, it was mentioned that these people were from the tribes of `Ukl or `Uraynah. Another narration reported that these people were put in the Harrah area (of Al-Madinah), and when they asked for water, no water was given to them. Allah said… Tafsir al-Jalalayn menyatakan hal berikut: Hal berikut diturunkan sewaktu orang Arniyyun datang ke Medina menderita semacam penyakit dan Nabi memberikan mereka ijin untuk pergi dan memmeinum dari susu dan kencing unta. Saat mereka merasa sehat mereka membunuh penggembala Nabi dan mencuri unta-untanya. Sesungguhnya satu-satunya pembalasan bagi mereka yang melawan Allah dan RasulNya, dengan bertempur melawan muslim, dan berbuat kecurangan/korupsi dimuka bumi, dengan tiba-tiba (waylaying?), adalah bahwa mereka harus dibunuh, atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, yaitu tangan kanan mereka dengan kaki kiri, atau diusir dari tanah kediamannya (kata “atau” disini menunujukkan penerpan yang berbeda untuk tiap-tiap kasus; jadi, hukuman mati adalah untuk mereka yang hany membunuh; hukuman salib adalah untuk mereka yang membunuh dan mencuri; hukuman potong tangan dan kaki adalah untuk mereka yang mencuri tapi tidak membunuh; sedangkan hukuman diusir adalah untuk mereka ynag memiliki ancaman – hal ini dinyatakan oleh Ibn Abbas dan merupakan pendapat al-Shafii; Yang lebih kuat dari dua opini (al-shaffi) ini adalah bahwa penyaliban harus dilakukan untuk tiga hari setelah kematian pembunuh itu, atau juga dikatakan stidak lama sebelm dia dibunuh. Berkaitan dengan pengusiran adalah mencakup hukuman yang sama, seperti kurungan dan sejenisnya. Hukuman yang dinyatakan ini, adalah untuk penghinaan mereka di dunia; dan di akhirat mereka akan mendapat siksaan yang berat yaitu siksa api neraka. versi bahasa Inggrisnya: The following was revealed WHEN the 'Arniyyūn came to Medina suffering from some illness, and the Prophet (s) gave them permission to go and drink from the camels' urine and milk. Once they felt well they slew the Prophet's shepherd and stole the herd of camels: Truly the only requital of those who fight against God and His Messenger, by fighting against Muslims, and hasten about the earth to do corruption there, by waylaying, is that they shall be slaughtered, or crucified, or have their hands and feet cut off on opposite sides, that is, their right hands and left feet, or be banished from the land (the aw, 'or', is [used] to indicate the [separate] application of [each of] the cases [listed]; thus, death is for those that have only killed; crucifixion is for those that have killed and stolen property; the cutting off [of limbs on opposite sides] is for those that have stolen property but have not killed; while banishment is for those that pose a threat - this was stated by Ibn 'Abbās and is the opinion of al-Shāfi'ī; the more sound of his [al-Shāfi'ī's] two opinions is that crucifixion should be for three days after [the] death [of the killer], or, it is also said, shortly before [he is killed]; with banishment are included similar punishments, such as imprisonment and the like. That, mentioned requital, is a degradation, a humiliation, for them in this world; and in the Hereafter theirs will be a great chastisement, namely, the chastisement of the Fire. Dalam Hadiths Abu Dawud dinyatakan bahwa Allah menegur Nabi atas hukuman yang dijatuhkan kepada kedelapan orang dari suku Ukl tsb dan Allah kemudian menurunkan ayat (5:33-34). Kutipannya: Book 38, Number 4357: Dinarasikan olah AbuzZinad: Pada waktu Rasul Allah mmotong (tangan dan kaki) mereka yang mencuri unta-untanya dan mencungkil mata mereka (dengan besi yang dipanaskan), Allah menegur dia atas tindakan itu, dan Allah meurubkan: Hukuman untuk mereka yang melawan Allah dan RasulNya dan melakukan kerusakan dimuka bumi adalah eksekusi atau penyaliban.” versi bahasa Inggrisnya: Narrated AbuzZinad: When the Apostle of Allah (peace_be_upon_him) cut off (the hands and feet of) those who had stolen his camels and he had their eyes put out by fire (heated nails), Allah reprimanded him on that (action), and Allah, the Exalted, revealed: "The punishment of those who wage war against Allah and His Apostle and strive with might and main for mischief through the land is execution or crucifixion." Book 38, Number 4356: Dinarasikan oleh Abdullah Ibn Umar: Beberapa orang mengendarai unta-unta Nabi, membawa lari,m dan kemudian murtad. Mereka membunuh penggembala milik Nabi yang seorang muslim. Dia (Nabi_ mengirim orang untuk mencari mereka dan mereka tertangkap. Dia meotong tangan dan kaki mereka, dan mencukil mata mereka. Ayat berkaitan dengan perang melawan Allah dan RasukNya kemudian diturunkan. Mereka ini orang-orang yang dikatakan oleh Ana Ibn Malik kepada al Hajjaj pada waktu dia bertanya kepadanya. versi bahasa Inggrisnya: Narrated Abdullah ibn Umar: Some people raided the camels of the Prophet (peace_be_upon_him), drove them off, and apostatised. They killed the herdsman of the Apostle of Allah (peace_be_upon_him) who was a believer. He (the Prophet) sent (people) in pursuit of them and they were caught. He had their hands and feet cut off, and their eyes put out. The verse regarding fighting against Allah and His Prophet (peace_be_upon_him) was then revealed. These were the people about whom Anas ib

NABI MUHAMMAD dan “MUSUH PRIBADINYA” (S 5:28) "Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam." Nabi Muhammad adalah manusia yang sempurna. Itu yang selalu tertanam dalam hati saya. Ukuran moral kita, suara hati kita tidak bisa dipakai untuk menilai contoh-contoh yang diberikan Nabi. Sekalipun ada tindakan yang dilakukan Nabi yang menurut ukuran suara hati saya tidak dapat diterima, kita sebagai muslim tidak bisa secara otomatis bilang bahwa sikap Nabi tidak betul. Apalagi yang menilai cuma seorang seperti saya. Betapapun sulitnya diterima hati dan pikiran kita, apapun yang dilakukan Nabi selalu memiliki pesan bijak. Hukum perlu tegas. Dengan demikian, masyarakat akan jera melakukan perbuatan yang melanggar hukum. Hukum potong tangan dsb bagi pencuri yang ada dalam syaria adalah hukum yang tegas. Tidak semua orang bisa menerima ini(termasuk saya), tapi ini adalah hukum Islam. Orang yang tidak bisa menerima ini tentu hanya menggunakan kriteria moralnya sendiri. Demikian juga hukuman mati. Tapi keadilan memang memerlukan hukum yang tegas. Saya bisa mengerti ini. Walaupun demikian saya tidak bisa mengerti kalau hukuman yang diberikan dilakukan dengan sangat kejam, barbar, dengan penyiksaan dsb. Kita pada umumnya bisa menilai orang dari bagaimana mereka memperlakukan musuhnya atau memperlakukan orang-orang yang bersebrangan dengan mereka. Kalau misalnya saya membunuh orang dengan sangat kejam karena orang itu mengkritis saya, menghina, mamaki, menyebarkan fitnah, menghina keyakinan saya, saya tentu akan dinilai sebagai orang yang kejam. Kalau ada pemimpin politik yang baru berkuasa menangkapi lawan-lawan politiknya bahkan membunuhnya, kita bilang bahwa pemimpin seperti ini adalah pemimpin kejam. Menciptakan citra pribadi yang baik sudah menjadi kebutuhan tokoh-tokoh publik. Orang seperti ini bisa saja tampil sangat manis, dermahan, sangat baik hati, semata-mata untuk menampilkan citra yang baik tadi dengan harapan mendapat simpati dari publik. Di sisi lain bisa saja tidak masalah bagi dia kalau secara sembunyi-sembunyi mereka melakukan pembunuhan, penyiksaan dsb. Jadi mereka memiliki dua sisi. Citra baik yang ditampilkan dan wajah aslinya sebagai pembuhuh yang kejam disembunyikan. Bukankah penipu kecil-kecilan juga beroperasi dengan cara seperti ini ? Sebelumnya sudah saya sampaikan mengenai cerita pembunuhan dan penyiksaan kejam Kinana, (suami Safiyah yang diperistri Nabi setelah Kinana dibunuh) atas perintah Nabi hanya karena masalah harta. Dari biografi Nabi yang ditulis oleh orang-orang Islam kita bisa membaca bagaimana Nabi bersikap terhadap musuh-musuhnya. Berikut petikan dari sumber-sumber Islam. Pembunuhan Ka’b bin al-Ashraf Pada waktu Nabi hidup di Medina dan muslim semakin berkuasa, ada beberapa orang yahudi yang berseberangan dangan Nabi. Nabi memerintahkan pengikutnya untuk membunuh beberapa orang ini. Salah satunya bernama Ka’n bin al-Ashraf. Di Medina, Nabi mulai menghadapai oposisi dari suku-suku Yahudi yang hidup disana. Pada umumnya mereka menolak ajaran Nabi dan Islam. Suku Yahudi ini memiliki perjanjian dengan Nabi, yang intinya adalah seruan untuk hidup rukun dan saling membantu. Tidak semua orang Yahudi melihat perjanjian dengan kacamata yang sama. Salah satu orang Yahudi bernama Ka’b bin al-Ashraf, secara vokal mendukung orang Mekah Qurasisy dalam melawan Muhammad. Dia secara terbuka mengkritisi Nabi dan tidak percaya bahwa Muhammad adalah seorang Nabi. Ka’b membenci Nabi, meskipun tidak pernah mengangkat senjata untuk melawan Nabi atau muslim pada umumnya. Dia menyuarakan pendapatnya dan membuat sajak-sajak ejekan tentang wanita muslim. Nabi melihat dia sebagai ancaman bagi muslim dan karena itu memerintahkan pengikutnya untuk membunuh Ka’b. Berikut petikan dari Hadiths Bukhari mengenai peristiwa ini: Volume 5, Book 59, Number 369: Nabi berkata “Siapa yang bersedia membunuh Ka’b bin-Ashraf yang telah mnyakiti Allah dan rasulnya?” Saat itu Muhammad bin Maslama berdidi sambil berkata,”O Nabi, Apakah anda ingin saya membunuhnya?” Nabi berkata, “Ya”. Maslama berkata, “Maka ijinkanlah saya untuk bicara tidak jujur (untuk mengelabui Ka’b). Nabi bilang, “Kamu boleh mengatakan itu.” Maslama pergi menemui Ka’b dan berkata, “Orang itu (yaitu Muhammad) meminta sadaqa (zakat) dari kita, dan dia telah menyulitkan kita, dan Saya datang untuk meminjam sesuatu darimu.” Untuk itu Ka’b berkata, “Demi Allah, kamu akan bosan/kesal sama dia”. Maslama berkata, “Sekarang karena kami telah ikut dia, kami tidak ingin meninggalkan dia kecuali jika dan s/d kita lihat bagaimana dia akhirnya nanti. Sekarang kami ingin kamu meminjami kami “a camel load” atau “two of food”. Kab berkata, “Ya,(saya akan pinjami kamu), tetapi kamu harus menjaminkan sesuatu pada saya.” Maslama dan temanya berjanji kepada Kab bahwa Muhammad akan mengembalikan itu padanya. Dia datang pada malam hari bersama dengan saudara angkat Kab, Abu Naila. Kab mengundang mereka untuk datang ke rumahnya dan kemudian dia pergi menemui mereka. Istrinya bertanya, “Kemana kamu akan pergi malam begini?” Kab menjawab, “Tidak kemana-mana kecuali Maslama dan saudara angkatku Abu Naila telah datang.” Istrinya berkata, “Saya dengan kabar bahwa seolah-olah pertumpahan darah adalah dari dia.; Kab berkata,”Mereka bukan lain kecuali saudaraku Maslama dan saudara angkatku Abu Naila. Orang yang baik harus menjawab panggilan pada malam hari meskipun jika dia diundang untuk dibunuh.” Maslama pergi bersama dua orang. (beberapa narrator menyebutkan orang itu Abu bin Jabr Al Harith bin Aus dan Abbad bin Bisr). Maka Maslama pergi bersama dua orang dan berkata kepada mereka, “kalau Kab datang, saya akan pegang rambutnya dan membauinya, dan kalau kamu lihat saya telah memegang kepalanya, tebas dia. Saya akan ijinkan kamu untuk membaui kepalanya.” Kab datang menemui mereka, tertutup dalam pakiannya dan menggunakan parfum. Maslama berkata “tidak pernah mencium bau lebih baik dari ini. Kab menjawab “Saya memiliki wanita terbaik arab yang tahu menggunakan parfum high class” Maslama menita Kab “Apakah kamu kan mengijinkan saya untuk membaui kepalamu” Kab berkata “Ya” Maslama membauinya dan meminta temannya membauinya juga. Kemudian dia minta lagi kepada Kab “Bolehkah saya (membaui kepalamu)” Kab berkata “Ya” {da waktu Maslama telah memegang dia kuat-kuat, dia bilang kepada temannya, “Pukul dia!” Maka mereka membunuhnya dan pergi menemui Nabi dan membertahukannya. (Abu Rafi) terbunuh setelah Kab bin Al-Ashraf”. versi bahasa Inggrisnya: Narrated Jabir bin 'Abdullah: Allah's Apostle said, "Who is willing to kill Ka'b bin Al-Ashraf who has hurt Allah and His Apostle?" Thereupon Muhammad bin Maslama got up saying, "O Allah's Apostle! Would you like that I kill him?" The Prophet said, "Yes," Muhammad bin Maslama said, "Then allow me to say a (false) thing (i.e. to deceive Kab). "The Prophet said, "You may say it." Then Muhammad bin Maslama went to Kab and said, "That man (i.e. Muhammad demands Sadaqa (i.e. Zakat) from us, and he has troubled us, and I have come to borrow something from you." On that, Kab said, "By Allah, you will get tired of him!" Muhammad bin Maslama said, "Now as we have followed him, we do not want to leave him unless and until we see how his end is going to be. Now we want you to lend us a camel load or two of food." (Some difference between narrators about a camel load or two.) Kab said, "Yes, (I will lend you), but you should mortgage something to me." Muhammad bin Mas-lama and his companion said, "What do you want?" Ka'b replied, "Mortgage your women to me." They said, "How can we mortgage our women to you and you are the most handsome of the 'Arabs?" Ka'b said, "Then mortgage your sons to me." They said, "How can we mortgage our sons to you? Later they would be abused by the people's saying that so-and-so has been mortgaged for a camel load of food. That would cause us great disgrace, but we will mortgage our arms to you." Muhammad bin Maslama and his companion promised Kab that Muhammad would return to him. He came to Kab at night along with Kab's foster brother, Abu Na'ila. Kab invited them to come into his fort, and then he went down to them. His wife asked him, "Where are you going at this time?" Kab replied, "None but Muhammad bin Maslama and my (foster) brother Abu Na'ila have come." His wife said, "I hear a voice as if dropping blood is from him, Ka'b said. "They are none but my brother Muhammad bin Maslama and my foster brother Abu Naila. A generous man should respond to a call at night even if invited to be killed." Muhammad bin Maslama went with two men. (Some narrators mention the men as 'Abu bin Jabr. Al Harith bin Aus and Abbad bin Bishr). So Muhammad bin Maslama went in together with two men, and sail to them, "When Ka'b comes, I will touch his hair and smell it, and when you see that I have got hold of his head, strip him. I will let you smell his head." Kab bin Al-Ashraf came down to them wrapped in his clothes, and diffusing perfume. Muhammad bin Maslama said. " have never smelt a better scent than this. Ka'b replied. "I have got the best 'Arab women who know how to use the high class of perfume." Muhammad bin Maslama requested Ka'b "Will you allow me to smell your head?" Ka'b said, "Yes." Muhammad smelt it and made his companions smell it as well. Then he requested Ka'b again, "Will you let me (smell your head)?" Ka'b said, "Yes." When Muhammad got a strong hold of him, he said (to his companions), "Get at him!" So they killed him and went to the Prophet and informed him. (Abu Rafi) was killed after Ka'b bin Al-Ashraf." Berdasarkan cerita hadiths tersebut Nabi Muhammad menginginkan Kab dibunuh karena dia telah “menyakiti Allah dan Rasulnya”. Nabi tidak membunuh Kab sendiri tapi memerintahkan pengikutnya Maslama untuk membunuh. Untuk tujuan itu, Nabi mengijinkan Maslama untuk berbohong dengan cara membujuk Kab keluar dari rumahnya. Buku biografi Nabi (Sirat Rasul Allah, Ibn Ishaq) menyebutkan latar belakang dibunuhnya Kab adalah karena setelah perang Badr, Kab bin al-Ashraf menjadi ketakutan oleh kemenangan Nabi pada perang itu dan juga karena terbunuhnya beberapa pemimpin arab. Berikut kutipan dari Sirat RasulAllah, “Apakah benar? Apakah Muhammad benar-benar membunuh mereka yang disebutkan dua orang ini? Mereka ini adalah orang-orang mulia Arab dan kingly men; Demi Allah, jika Muhammad telah membunuh orang-orang ini, akan lebih baik mati daripada hidup.” Pada waktu musuh Allah yakin bahwa berita tsb benar dia meninggalkan kota dan pergi ke Mekah untuk tinggal bersama al-Mutatlib yang menikah dengan Atika. Atika membawanya masuk dan menjamunya dengan ramah. Dia (Kab) mulai mencaci maki Nabi dan mengucapkan kata-kata yang meratapi orang Quraish yang dilempar kedalam parit setlah dibantai di Badr. (…buku Sirat kemudian merinci beberapa puisi yang dibuat Kab dan lainnya...) Kemudian dia (Kab) meyusun sajak cinta yang bernuansa mengejek mengenai wanita muslim. Nabi berkata menurut apa yang disampaikan Abdullah Burda kepada saya, “Siapa yang akan membebaskan diri saya atas Ibnul-Ashraf?” Maslama berkata, “Saya akan tangani dia untuk anda, O Nabi, Saya akan bunuh dia.” Nabi berkata:”Lakukan jika kamu bisa.” Maka Maslama kembali dan menunggu tiga hari tanpa makanan dan minum, kecuali yang benar-benar perlu. Pada waktu Nabi diberi tahu hal ini, beliau menegur dan mennyakan kepadanya kenapa dia tidak makan dan minum. Dia menjawab bahwa Nabi telah menugaskan sesuatu kepadanya dan dia tidak tahu bagaimana harus memenuhinya. Nabi berkata, “Apa yang menjadi kewajibanmu adalah bahwa kamu harus mencoba.” Dia berkata, “O Nabi, kami harus berbohong” Nabi menjawab, “Katakan apa yang kamu suka karena kamu bebas dalam hal ini.” Selanjutnya dia dan Silkan (Abu Naila) dan Abbad, dan Harith, dan Abu ‘Abs b.Jabr melakukan konspirasi bersama-sama dan mengirim Silkan menemui musuh Allah, Kab, sebelum mereka datang menemuinya. Kemudian dia berkata, “O Ibn Ashraf, Saya datang kepadamu mengenai urusan yang ingin saya sampaikan kepadamu dan berharap bahwa kamu bisa menjaga rahasia.” “Baik”, dia menjawab. Dia melanjutkan, “Munculnya orang ini adalah cobaan yang berat bagi kami. Dia telah memprovokasi/membangkitkan pertentangan orang Arab, dan mereka semua bersama-sama melawan kami. Jalan-jalan sudah tidak dapat dilalui lagi sehingga keluarga kami dalam keadaan menderita dan kami dan keluarga kami sangat tertekan.” Kab menjawab, “Demi Allah, saya selalu katakan kepadamu, O Ibn Salama, bahwa hal yang telah saya peringatkan padamu akan terjadi” Silkan berkata kepadanya, Saya ingin kamu menjualkan makanan untuk kami dan kami akan berikan kamu janji keamanan dan kamu bersikap murah hati dalam hal ini..” Dia menjawab, “Akan kamu berikan anakmu sebagai ikatan?” Dia berkata, “Kamu ingin menghina kami. Saya punya banyak teman yang sependapat dengan saya dan saya ingin bawa mereka kepada kamu supaya kamu bisa mnjual kepada mereka dan bertindaklah murah hati, dam kami akan beri kamu cukup senjata (perlindungan keamanan?) untuk ikatan yang baik..” Keberatan Silkan adalah bahwa dia seharusnya tidak mengemukakan masalah senjata (perlindungan keamaanan) pada waktu mereka mengungkapkannya. Kab menjawab, “Senjata adalah ikatan yang baik.” Setelah itu Silkan kembali kepada teman-temannya, dan menceritakan apa yang terjadi, dan dia meminta mereka untuk bersiap-siap. Kemudian mereka pergi dan berkumpul dengan dia dan menemui Nabi. Thaur b Zaid mengatakan kepada saya, Nabi berjalam bersama mereka sejauh Gharqad. Kemudian Nabi menyuruh mereka pergi, sambil barkata, “Pergi dalam nama Allah; O Allah bantu mereka.” Setelah berkata itu, Nabi pulang kerumahnya. Saat itu malam terang bulan dan mereka pergi sampai mereka tiba di kediaman Kab, dan Abu Naila memangilnya. Dia baru saja menikah dan dia meloncat dari tempat tidurnya dan istrinya setelah akhirnya tenang berkata, “Kamu dalam perang, dan mereka yang dalam perang tidak keluar pada jam-jam seperti ini” Dia menjawab, “Itu Abu Naila. Seandainya dia tahu saya tidur dia tidak akan membangunkan saya” Dia menjawab,”Demi Allah, Saya bisa mendengar kejahatan di dalam suaranya.” Kab menjawab,”Meskipun jika panggilan itu untuk membunuh, orang yang berani harus menjawabnya” Maka dia menemui dan bicara dengan mereka untuk beberpa lama, dan saat mereka bercakap-cakap dengannya, kemudian Abu Naila berkata, “Maukah kamu berjalan bersama kami ke Shi’b al-Ajuz, sehingga kita bisa bicara sepanjang malam?” “Jika kamu ingin”, jawab dia, maka mereka pergi berjalan bersama; dan setelah beberapa saat Abu Naila memegang tangan sampai rambut Kab. Kemudian dia membaui tangannya dan berkata; Saya tidak pernah mencium bau seenak ini” Mereka berjalan lebih jauh, dia lakukan hal yang sama sehingga Kab tidak curiga akan adanya kejahatan. Kemudian setelah yang ketiga kalinya hal itu dilakukan dan berteriak, “hantam musuh Allah!” Maka mereka menghantamnya dan pedang mereka menghantamnya tanpa akibat apa-apa. Maslama berkata, “Saya ingat pisau saya waktu saya melihat bahwa pedang kami tidak berguna, dan saya rebut. Sementara itu musuh Allah membuat suara-suara sdemikian sehingga setiap rumah disekitar kami memperlihatkan cahaya. Saya tusukkan pisau saya kebagian bawah tubuhnya, dan saya dorong kebawah sampai mencapai kemaluannya, dan musuh Allah jatuh ketanah. Harith terluka, di kepala atau di kakinya, salah satu pedang kami mengenai dia. Kami pergi, melewati Umayya dan kemudian Qurayza dan kemudian bersama-sama, sampai kami pergi ke Harra di Arayd. Teman kami Harith tertinggal jauh, semakin lemah karena kehilangan darah, jadi kami menunggunya beberapa saat sampai dia muncul, mengikuti jejak kami. Kami bopong dia menemui Nabi pada akhir malam itu. Kami memberikan salam padanya saat dia berdiri berdoa, dan dia keluar menemui kami dan kami katakan bahwa kami telah membunuh musuh Allah. Dia meludahi luka teman kami, dan bersama-sama dia dan kami kembali ke keluarga masing-masing. Serangan kami ke musuh Allah telah menciptakan ketakutan bagi orang-orang Yahudi, dan tidak ada seorang Yahudipun yang tidak takut akan keselamatan hidupnya. versi bahasa Inggrisnya: "Is this true? Did Muhammad actually kill these whom these two men mention? These are the nobles of the Arabs and kingly men; by God, if Muhammad has slain these people it were better to be dead than alive." When the enemy of God became certain that the news was true he left the town and went to Mecca to stay with al-Muttalib who was married to `Atika. She took him in and entertained him hospitably. He began to inveigh against the apostle and to recite verses in which he bewailed the Quraysh who were thrown into the pit after having been slain at Badr. The Sirat now lists some of the poems made up by Ka`b and others. The narrative continues: Then he composed amatory verses of an insulting nature about the Muslim women. The apostle said - according to what Abdullah Burda told me, "Who will rid me of Ibnu'l-Ashraf?" Maslama said, "I will deal with him for you, O apostle of God, I will kill him." He said, "Do so if you can." So Maslama returned and waited for three days without food or drink, apart from what was absolutely necessary. When the apostle was told of this he summoned him and asked him why he had given up eating and drinking. He replied that he had given him an undertaking and he did not know whether he could fulfil it. The apostle said, "All that is incumbent upon you is that you should try." He said, "O apostle of God, we shall have to tell lies." He answered, "Say what you like, for you are free in the matter." Thereupon he and Silkan [Abu Na'ila], and Abbad, and Harith, and Abu `Abs b. Jabr conspired together and sent Silkan to the enemy of God, Ka`b, before they came to him. He talked to him some time and they recited poetry one to the other, for Silkan was fond of poetry. Then he said, "O Ibn Ashraf, I have come to you about a matter which I want to tell you of and wish you to keep secret." "Very well", he replied. He went on, "The coming of this man is a great trial to us. It has provoked the hostility of the Arabs, and they are all in league against us. The roads have become impassable so that our families are in want and privation, and we and our families are in great distress." Ka`b answered, "By God, I kept telling you, O Ibn Salama, that the things I warned you of would happen." Silkan said to him, "I want you to sell us food and we will give you a pledge of security and you deal generously in the matter." He replied, "Will you give me your sons as a pledge?" He said, "You want to insult us. I have friends who share my opinion and I want to bring them to you so that you may sell to them and act generously, and we will give you enough weapons for a good pledge." Silkan's object was that he should not take alarm at the sight of weapons when they brought them. Ka`b answered, "Weapons are a good pledge." Thereupon Silkan returned to his companions, told them what has happened, and ordered them to take their arms. Then they went away and assembled with him and met the apostle. Thaur b. Zayd told me the apostle walked with them as far as Gharqad. Then he sent them off, saying, "Go in God's name; O God help them." So saying, he returned to his house. Now it was a moonlight night and they journeyed on until they came to his castle, and Abu Na'ila called out to him. He had only recently married and he jumped up in the bedsheet, and his wife took hold of the end of it and said, "You are at war, and those who are at war do not go out at this hour." He replied, "It is Abu Na'ila. Had he found me sleeping he would not have woken me." She answered, "By God, I can feel evil in his voice." Ka`b answered, "Even if the call were for a stab a brave man must answer it." So he went down and talked to them for some time, while they conversed with him. then Abu Na'ila said, "Would you like to walk with us to Shi`b al-`Ajuz, so that we can talk for the rest of the night?" "If you like", he answered, so they went off walking together; and after a time Abu Na'ila ran his hand through his hair. Then he smelt his hand, and said, "I have never smelt a scent finer than this." They walked on farther and he did the same so that Ka`b suspected no evil. Then after a space did it for the third time and cried, "Smite the enemy of God!" So they smote him, and their swords clashed over him with no effect. Maslama said, "I remembered my dagger when I saw that our swords were useless, and I seized it. Meanwhile the enemy of God had made such a noise that every fort around us was showing a light. I thrust it into the lower part of his body, then I bore down upon it until I reached his genitals, and the enemy of God fell to the ground. Harith had been hurt, being wounded either in his head or in his foot, one of our swords having stuck him. We went away, passing by the Umayya and then the Qurayza and then both until we went up the Harra of Urayd. Our friend Harith had lagged behind, weakened by loss of blood, so we waited for him for some time until he came up, following our tracks. We carried him and brought him to the apostle OT the end of the night. We saluted him as he stood praying, and he came out to us and we told him that we had killed God's enemy. He spat upon our comrade's wounds, and both he ad we returned to our families. Our attack upon God's enemy cast terror among the Jews, and there was no Jew in Medina who did not fear for his life." Ibn Sad memberikan keterangan tambahan mengenai kejadian ini. (Ibn Sad, Vol 1 hal 37). Berikut kutipannya: Kemudian mereka memenggal kepalanya dan membawanya bersama mereka,…mereka letakkan kepala itu dihadapan Nabi. Nabi memuji Allah atas pembunuhan ini.. versi bahasa Inggrisnya: Then they cut his head and took it with them. ... they cast his head before him [Muhammad]. He (the prophet) praised Allah on his being slain. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Nabi bisa sekejam itu? Kab menghasut musuh-musuh Nabi (orang Quraisy) dan dia membuat sajak-sajak tentang wanita muslim. Nabi tidak menyukainya dan menginginkan dia mati. Pada waktu Nabi melihat penggalan kepalanya, Nabi memuji Allah atas pembunuhan ini ? Pembunuhan Sallam Ibn Abul Huqayq Pada waktu pertempuran parit (yang kemudian tidak terjadi), dan masalah dengan yahudi dari suku Banu Qurayza telah selesai, urusan Sallam b Abul-Huqayq yang dikenal dengan nama Abu Rafi muncul dalam kaitannya dengan mereka yang mengumpulkan berbagai suku untuk bersama-sama melawan Nabi. Saat itu Aus (Maslama yang membunuh Kab adalah dari suku Aus), telah membunuh Kab b al-Asraf sebelum perang Uhud, maka Khazraj (suku arab Medina lainnya, yang bersama suku Aus beraliansi dengan Nabi dlm perjanjian Aqaba, dan dua suku arab medina ini disebut sbg golongan Ansar, “penolong”). Meminta dan memperoleh ijin Nabi untuk membunuh Sallam yang saat itu berada di Khaibar. (Kutipan dari Sirat Rasul Allah) Muhammad b. Muslim b. Shihab al-Zuhridari `Abdullah b. Ka`b b. Malik mengatakan kepada saya: Satu hal yang dilakukan Allah kepada Rasulnya adalah bahwa dua suku arab Ansar ini, Aus dan Khazraj, bersaing satu sama lain seperti stallions (kuda jantan untuk diternakkan): jika Aus melakukan sesautu untuk Nabi, Khazraj akan bilang, “Mereka tidak boleh mengungguli kita dimata Nabi dan Islam” dan mereka tidak akan tinggal diam sampai mereka dapat melakukan sesuatu yang setara. Pada waktu Aus membunuh Kab atas permusuhannya dengan Nabi, Khazraj menggunakan kata-kata itu dan bertanya pada diri mereka sendiri orang apa yang sekasar Kab terhadap Nabi? Dan kemudian mereka ingat Sallam, yang ada di Khaibar dan bertanya dan meminta ijin Nabi untuk membunuhnya. Lima orang dari B.Salima dari Khazraj pergi menemui dia: 'Abdullah b.`Atik; Mas`ud b. Sinan; `Abdullah b. Unays; Abu Qatada al-Harith b. Rib'i; dan Khuza`i b. Aswad, sekutu dari Aslam. Sewaktu mereka pergi, Nbi menunjuk Abdullah b.`Atik sebagai pemimpin mereka dan Nabi melarang mereka membunuh perempuan dan anak-anak. Pada waktu mereka sampai di Khaibar, mereka pergi ke rumah Sallam pada malam hari, setelah mengunci setiap pintu rumah yang tidak berpenghuni. Saat itu dia ada di ruangan atas rumahnya yang mempunyai tangga ketempat itu. Mereka menaiki tangga itu sampai didepan pintu dan meminta ijin untuk masuk. Istrinya keluar dan bertanya siapa mereka dan mereka mengatakan bahwa mereka adalah orang arab yang sedang mencari bahan-bahan (suplies). Dia mengatakan bahwa orang merka ada disini dan bahwa mereka boleh masuk. Pada waktu kami masuk, kami kunci pintu ruangan bersama istrinya takut kalau sesuatu terjadi antara kami dan Sallam. Istrinya mengerang dan memperingatkan suaminya tentang kami, sehingga kami berlari kearah dia dengan pedang kami sewaktu dia ada di tempat tidurnya. Satu-satunya yang bisa membimbing kami dalam kegelapan malam adalah putihnya Salam seperti selimut Mesir. Sewaktu istrinya merintih salah satu dari kami mengakat pedangnya keara dia, kemudian dia ingat larangan Nabi membunuh wanita dan kemudian menarik tangannya kembali; tapi karena itu kami telah menamtkan dia pada malam itu. Pada waktu kami menghantam Sallam dengan pedang kami, Abdullah b. Unays menusukkan pedangnya ke dalam perutnya, saat Sallam berkata Qatni, qatni, yang artinya ini cukup. Kami keluar. Saat itu Abdullah b Aik tidak memiliki penglihatan yang baik dan jatuh dari tangga dan tangannya cedera sangat parah, sehingga kami membopong dia sampai kami membawa dia ke salah satu saluran air mereka dan masuk ke dalamnya. Orang-orang menyalakan “lampu” dan pergi mencari kami ke semua tempat sampai putus asa mencari kami, mereka kembali ke tuan mereka dan berkumpul disekitar dia pada waktu dia sekarat. Kami bertanya satu sama lain bagaimana kami tahu bahwa musuh Allah sudah mati, dan salah satu dari kami secar sukarela pergi untuk melihat; Jadi dia pergi dan bercampur dengan orang-orang. Dia berkata,”I lihat istrinya dan beberapa yahudi berkumpul mengelilingi dia. Istrinya membawa lampu ditangannya dan dengan ketakutan di wajahnya dan berkata kepada mereka “Demi Allah, saya benar-benar mendengar suara Abdullah b.Atik. Kemudian saya pikir saya pasti salah dan berpikir, “bagaimana Ibn Atik bisa ada disini ?” Kemudian istrinya berbalik menghadap dia, menatap matanya dan berkata, “Demi Allah orang Yahudi, dia mati!”. Tidak pernah saya mendengar kata kata lebih manis dari itu. Kemudian dia datang kepada kami dan mengatkan kabar itu, dan kami jemout teman-teman kami dan membawanya kepada Nabi dan mengatakan bahwa kami telah membunuh musuh Allah. Kami saling berselisih dihadapan Nabi menegnai siapa yang membunuh Sallam, masing-masing dari kami merasa yang melakukan itu. Nabi meminta untuk melihat poedang kami dan poada waktu beliau melihatnya dia berkata, “Ini adalah pedang Abdullah b Unays yang membunuh Sallam; Saya dapat melihat jejak makanan di pedang ini”. versi bahasa Inggrisnya: Muhammad b. Muslim b. Shihab al-Zuhri from `Abdullah b. Ka`b b. Malik told me: One of the things which God did for His apostle was that these two tribes of the Ansar, Aus and Khazraj, competed the one with the other like two stallions: if Aus did anything to the apostle's advantage Khazraj would say, "They shall not have this superiority over us in the apostle's eyes and in Islam" and they would not rest until they could do something similar. If Khazraj did anything Aus would say the same. When Aus had killed Ka'b for his enmity towards the apostle, Khazraj used these words and asked themselves what man was as hostile to the apostle as Ka'b? And then they remembered Sallam, who was in Khaybar and asked and obtained the apostle's permission to kill him. Five men of B.Salima of Khazraj went to him: 'Abdullah b.`Atik; Mas`ud b. Sinan; `Abdullah b. Unays; Abu Qatada al-Harith b. Rib'i; and Khuza`i b. Aswad, an ally from Aslam. As they left, the apostle appointed `Abdullah b.`Atik as their leader, and he forbade them to kill women or children. When they got to Khaybar they went to Sallam's house by night, having locked every door in the settlement on the inhabitants. Now he was in an upper chamber of his to which a ladder led up. They mounted this until they came to the door and asked to be allowed to come in. His wife came out and asked who they were and they told her that they were Arabs in search of supplies. She told them that their man was here and that they could come in. When we entered we bolted the door of the room on her and ourselves fearing lest something should come between us and him. His wife shrieked and warned him of us, so we ran at him with our swords as he was on his bed. The only thing that guided us in the darkness of the night was his whiteness like an Egyptian blanket. When his wife shrieked one of our number would lift his sword against her; then he would remember the apostle's ban on killing women and withdraw his hand; but for that we would have made an end of her that night. When we had smitten him with our swords `Abdullah b. Unays bore down with his sword into his belly until it went right through him, as he was saying Qatni, qatni, i.e. it's enough. We went out. Now `Abdullah b.`Atik had poor sight, and fell from the ladder and sprained his arm (729) severely, so we carried him until we brought him to one of their water channels and went into it. The people lit lamps and went in search of us in all directions until, despairing of finding us, they returned to their master and gathered round him as he was dying. We asked each other how we could know that the enemy of God was dead, and one of us volunteered to go and see; so off he went and mingled with the people. He said, "I found his wife and some Jews gathered round him. She had a lamp in her hand and was peering into his face and saying to them 'By God, I certainly heard the voice of `Abdullah b.`Atik. Then I decided I must be wrong and thought, "How can Ibn`Atik be in this country?"' Then she turned towards him, looking into his face, and said, 'By the God of the Jews he is dead!' Never have I heard sweeter words than those." Then he came to us and told us the news, and we picked up our companion and took him to the apostle and told him that we had killed God's enemy. We disputed before him as to who had killed him, each of us laying claim to the deed. The apostle demanded to see our swords and when he looked at them he said, "It is the sword of `Abdullah b. Unays that killed him; I can see traces of food on it" Hassan b. Thabit mentioning the killing of Ka`b and Sallam said: God, what a fine band you met, O Ibnu'l-Huqayq and Ibnu'l-Ashraf! They went to you with sharp swords, Brisk as lions in a tangled thicket, Until they came on you in your dwelling And made you drink death with their swift-slaying swords, Despising every risk of hurt. Pembunuhan Al-Nadr Bin Al-Harith Dalam S 7:188, Allah memerintahkan Nabi mengatakan ini bagi para penentang Quraishy pada awal masa kenabiannya di Mekah. (S 7:188) Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudaratan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang gaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudaratan. Aku tidak lain HANYALAH PEMBERI PERINGATAN, DAN PEMBAWA BERITA GEMBIRA BAGI ORANG-ORANGYANG BERIMAN ". Paragraph pertama The Encyclopaedia of Islam, New Edition ( Vol. VII, 1993) memberikan gambaran mengenai orang ini. Al-Nadr B. Al-Harith b. `Alkama b. Kalada b. `Abd Manaf b. `Abd al-Dar b. Kusayy, orang Quraisy kaya yang sebelum periode Islam, melakukan perdagangan dengan al-Hira dan Persia, dari mana dia dikatakan memperoleh buku-buku dan juga satu atau beberapa gadis-gadis budak penyanyi. Dia mewakili Abd al-Dar dalam grup Mutimun, yaitu orang Mekah yang bertanggung jawab terhadap suplai makanan untuk orang-orang yang pergi ke Kabah, dan dia menduduki jabatan yang cukup penting di kota. Dia merupakan salah satu penentang Nabi yang gigih, memaki Nabi dan tidak mau kalah dalam bicara dan mengutarakan kejayaan raja-raja Persia sewaktu Nabi mengingatkan akan nasib sengsara bangsa-bangsa terdahulu. Secara khusus, dia menuduh Nabi menyebutkan kisah-kisah kuno dan dua ayat Quran yang menggambarkan hal ini dikatakan mempunyai kaitan secara khusus dengan dia. (S 8:31 dan S 83:13) (S 8:31) Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami, mereka berkata: "Sesungguhnya kami telah mendengar (ayat-ayat yang seperti ini), kalau kami menghendaki niscaya kami dapat membacakan yang seperti ini, (Al Qur'an) ini tidak lain hanyalah dongengan-dongengan orang-orang purbakala". (S 83:13) yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata: "Itu adalah dongengan orang-orang yang dahulu". Quran dikatakan bicara secara tidak langsung mengenai Al-Nadr B. al-Harith disamping musuh-musuh Nabi lainnya dalam berbagai ayat, bisa dicatat diantaranya (S 6:8~9, S 45: 6~8.) (S 6:6) Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyaknya generasi-generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu), telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain. (7) Dan kalau Kami turunkan kepadamu tulisan di atas kertas, lalu mereka dapat memegangnya dengan tangan mereka sendiri, tentulah orang-orang yang kafir itu berkata: "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata". (8) Dan mereka berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) seorang malaikat?" dan kalau Kami turunkan (kepadanya) seorang malaikat, tentu selesailah urusan itu, kemudian mereka tidak diberi tangguh (sedikit pun). (9) Dan kalau Kami jadikan rasul itu (dari) malaikat, tentulah Kami jadikan dia berupa laki-laki dan (jika Kami jadikan dia berupa laki-Iaki), Kami pun akan jadikan mereka tetap ragu sebagaimana kini mereka ragu. (45:6) Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat) niscaya sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka. (7) Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang menjelaskan, berkatalah orang-orang yang mengingkari kebenaran ketika kebenaran itu datang kepada mereka: "Ini adalah sihir yang nyata". Bahkan mereka mengatakan: "Dia (Muhammad) telah mengada-adakannya (Al Qur'an)", (8) Katakanlah: "Jika aku mengada-adakannya, maka kamu tiada mempunyai kuasa sedikitpun mempertahankan aku dari (azab) Allah itu. Dia lebih mengetahui apa-apa yang kamu percakapkan tentang Al Qur'an itu. Cukuplah Dia menjadi saksi antaraku dan antaramu dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". Dia ikut bertempur di Badr di jajaran orang-orang pagan quraisy dan dia tertangkap oleh muslim. Nabi kemudian membunuhnya secara pribadi dan Ali (menantu Nabi yang juga adalah anak paman Nabi Abi Talib) memenggal kepalanya dengan satu pukulan pedangnya, tetapi siapa yang sebenarnya membunuh Nadr diperselisihkan karena hadith mengatakan bahwa orang terkutuk yang akan menderita siksa neraka adalah mereka yang telah membunuh Nabi atau mereka yang dibunuh Nabi. Versi yang paling diakui adalah dimana Ali b.Abi Talib setelah membawa mereka sebagai tawanan, mengekekusi dia dengan darah dingin diuatu tempat bernama al-Safra… Saifur Rahman (“Sealed Neactar”) menuliskan kejadian pembuhuhan ini setelah muslim mendapat kemenangan dalam perang Badr. Kutipannya (dalam kutipan dibawah, selain terbunuhnya Nadr, juga diceritakan terbunuhnya musuh Nabi yang lain yang bernama Uqba b. Abi Mu'ait, semuanya atas perintah langsung dari Nabi): Dalam perjalanan kembali ke Medinah, di bukit pasir yang luas, Nabi membagi-bagikan “spoils” (booty, rampasan perang) secara rata kepada para pejuang muslim setelah beliau mengambil 1/5-nya (Al-Khums, bagian booty untuk Nabi dan Allah). Sewaktu mereka mencapai As-Safra, Nabi memerintahkan dua orang tawanan untuk dibunuh. Mereka adalah An-Nadr bin Al-Harith dan Uqbah bin Abi Mauait, karena mereka telah melakukan “penganiayaan” terhadap muslim di Mekah dan menaruh kebencian terhadap Allah dan Rasulnya. Intinya, dalam istilah modern mereka adalah tawanan perang, dan eksekusi mereka merupakan pelajaran bagi para penentang. Uqbah lupa harga dirinya/kebanggaannya dan berteriak, “Siapa yang akan mengurus anak-anakku O Rasul Allah?” Nabi menjawab, “Api (neraka)”.Apakah Uqbah tidak ingat sewaktu suatu hari dia melemparkan kotoran domba ke kepala Nabi pada waktu Nabi sedang bersujud sembahyang, dan Fatimah kemudian datang dan membersihkannya ? Dia juga mencekik Nabi dengan kerudungnya seandainya tidak ada Abu Bakr yang membantu dan membebaskan Nabi. Kepala dua kriminal ini dipenggal oleh Ali bin Abi Talib. versi bahasa Inggrisnya: On their way back to Madinah, at a large sand hill, the Prophet (Allah bless him and give him peace) divided the spoils equally among the fighters after he had taken Al-Khums (one-fifth). When they reached As-Safra’, he ordered that two of the prisoners should be killed. They were An-Nadr bin Al-Harith and ‘Uqbah bin Abi Muait, because they had persecuted the Muslims in Makkah, and harboured deep hatred towards Allâh and His Messenger (Allah bless him and give him peace). In a nutshell, they were criminals of war in modern terminology, and their execution was an awesome lesson to oppressors. ‘Uqbah forgot his pride and cried out, "Who will look after my children O Messenger of Allâh?" The Prophet (Allah bless him and give him peace) answered, "The fire (of Hell). [Sunan Abu Da'ud with 'Aun-ul-Ma'bood 3/12]" Did ‘Uqbah not remember the day when he had thrown the entrails of a sheep onto the head of the Prophet (Allah bless him and give him peace) while he was prostrating himself in prayer, and Fatimah had come and washed it off him? He had also strangled the Prophet (Allah bless him and give him peace) with his cloak if it had not been for Abu Bakr to intervene and release the Prophet (Allah bless him and give him peace). The heads of both criminals were struck off by ‘Ali bin Abi Talib. Haekal menuliskan hal berikut mengenai terbunuhnya Nadr. Sementara kaum Muslimin dalam perjalanan ke Medinah itu, dua orang tawanan telah mati terbunuh, yakni seorang bernama Nadzr bin'l-Harith dan yang seorang lagi bernama 'Uqba b. Abi Mu'ait. Sampai pada waktu itu baik Muhammad atau sahabat-sahabatnya belum lagi membuat suatu peraturan tertentu dalam menghadapi para tawanan itu yang akan mengharuskan mereka dibunuh, ditebus atau dijadikan budak. Tetapi Nadzr dan 'Uqba ini keduanya merupakan bahaya yang selalu mengancam Muslimin selama di Mekah dulu. Setiap ada kesempatan kedua orang ini selalu mengganggu mereka. Terbunuhnya Nadzr ini ialah tatkala mereka sampai di Uthail para tawanan itu diperlihatkan kepada Nabi a.s. Ditatapnya Nadzr ini dengan pandangan mata yang demikian rupa, sehingga tawanan ini gemetar seraya berkata kepada seseorang yang berada di sampingnya: "Muhammad pasti akan membunuh aku," katanya. "Ia menatapku dengan pandangan mata yang mengandung maut." "Ini hanya karena kau merasa takut saja," jawab orang yang di sebelahnya. Sekarang Nadzr berkata kepada Mushiab b. 'Umair - orang yang paling banyak punya rasa belas-kasihan di tempat itu. "Katakan kepada temanmu itu supaya aku dipandang sebagai salah seorang sahabatnya. Kalau ini tidak kaulakukan pasti dia akan membunuh aku." "Tetapi dulu kau mengatakan begini dan begitu tentang Kitabullah dan tentang diri Nabi," kata Mushiab. "Dulu kau menyiksa sahabat-sahabatnya." "Sekiranya engkau yang ditawan oleh Quraisy, kau takkan dibunuh selama aku masih hidup," kata Nadzr lagi. "Engkau tak dapat dipercaya," kata Mush'ab. "Dan lagi aku tidak seperti engkau. Janji Islam dengan kau sudah terputus." Sebenarnya Nadzr adalah tawanan Miqdad, yang dalam hal ini ia ingin memperoleh tebusan yang cukup besar dan keluarganya. Mendengar percakapan tentang akan dibunuhnya itu ia segera berkata: "Nadzr tawananku," teriaknya. "Pukul lehernya," kata Nabi a.s. "Ya Allah. Semoga Miqdad mendapat karuniaMu." Dengan pukulan pedang kemudian ia dibunuh oleh Ali b. Abi Talib. Pada waktu mereka dalam perjalanan ke 'Irq'z-Zubya diperintahkan oleh Nabi supaya 'Uqba b. Abi Mu'ait juga dibunuh. "Muhammad," katanya, "siapa yang akan mengurus anak-anak?" "Api neraka," jawabnya. Lalu iapun dibunuh oleh Ali b. Abi Talib atau oleh 'Ashim b. Thabit, sumbernya berlain-lain.. Nabi menyatakan bahwa Quran adalah mukjijat dari Allah dan diturunkan untuk semua manusia dimana saja dan berlaku sepanjang masa. Pada waktu para penentang Nabi menuduh beliau bahwa “Quran adalah hanya karangan Nabi”, beliau menjawab seperti dinyatakan dalam (S 11:13, S 10:38) (S 11:13) Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat Al Qur'an itu", Katakanlah: "(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surah-surah yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar". (S 10:38) Atau (patutkah) mereka mengatakan: "Muhammad membuat-buatnya." Katakanlah: "(Kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar." Pada waktu al-Nadr bin al-Harith mengisahkan kisah-kisah kejayaan raja Persia, dia kemudian mengatakan “Muhammad tidak lebih baik dari pada saya sebagai story-teller (pencerita dongeng) dan apa yang dia sampaikan hanyalah dongengan orang dahulu; dia telah membuatnya seperti saya membuatnya” Dua musuh Nabi ini, An-Nadr bin Al-Harith maupun Uqbah bin Abi Mauait, tidak percaya Nabi dan selalu menghina Nabi maupun ajarannya. Mereka adalah penentang Nabi yang gigih. Kita bisa melihat dari cerita diatas bahwa Nabi memerintahkan membunuh dua orang musuhnya ini. Pada awalnya Nabi hanya bilang bahwa beliau hanyalah pemberi peringatan dan seperti kita pada masa sekarang sekalipun, ada orang yang mau menerima pesan Nabi dan ada juga yang menolak. Adalah Hak Allah dan bukan Nabi untuk menghukum mereka seperti yang selalu disampaikan Nabi dalam ayat-ayat awal yang diturunkan di Mekah. Walaupun demikian, setelah Nabi memiliki kekuatan senjata, Nabi tidak lagi berpegang pada apa yang disampaikan sebelumnya dengan mengeksekusi musuh pribadinya yang telah menghina dan melawan beliau. Bagaimana dengan pesan moral yang ada di (S 5:28) ? "Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam." Pembunuhan Uqba bin Abi Mu`ayt Seperti telah diceritakan sebelumnya, dalam perjalanan Nabi dan pasukannya kembali ke Medina setelah perang Badr, Uqba yang tertangkap sebagai tawanan kemudian dibunuh dengan dipenggal kepalanya oleh Ali atas perintah Nabi. Pada waktu akan dibunuh Uqba berteriak, “Siapa yang akan mengurus anak-anakku O Rasul Allah?” Nabi menjawab, “Api (neraka), dan kemudian Ali memenggal kepalanya. Diceritakan bahwa Uqba pernah pergi ke Medina bersama al-Nadr b.al-Harith untuk mencari pertanyaan yang sulit yang akan ditanyakan kepada Nabi dengan tujuan untuk men-test apakah Muhammad benar-benar seorang Nabi. Berikut kutipan dari Sirat Rasul Allah (Ibn Ishaq): Sewaktu Al-Nadr berkata kepada mereka, mereka mengirim dia dan Uqba b.Abu Mu’ayt ke suku Yahudi yang ada di Medina dan berkata kepada mereka, “Tanyakan kepada mereka mengenai Muhammad; beri gambaran tentang Muhammad kepada mereka dan apa yang dia katakan, karena mereka adalah orang-orang pertama yang menerima kitab suci dan mempunyai pengetahuan yang kitahu tidak tahu mengenai nabi-nabi.” Mereka membawa pesannya, dan berkata kepada rabi yahudi, “Kamu adalah orang pemilik Taurat, dan kami telah kepadamu supaya kamu bisa mengatkan kepada kami bagaimana kami harus menghadapi seorang (Muhammad) dari suku kami” Rabi itu berkata, “Tanyakan pada dia tentang tiga hal yang akan kami beritahu padamu; jika dia memberi jawaban yang benar maka dia adalah benar-benar seorang Nabi, tapi jika tidak maka dia adalah penipu, jadi pikirkanlah sendiri pendapatmu mengenai dia. Tanyakan pada dia apa yang terjadi pada anak-anak muda yang hilang pada jaman dulu, karena mereka mempunyai cerita yang menakjubkan. Tanyakan pada dia mengenai seorang pengelana hebat yang mencapai kedua batas Timur dan Barat. Tanyakan pada dia mengenai apakah jiwa/spirit itu. Jika dia dapat memberikan jawabannya, maka ikutilah dia, karena dia adalah seorang Nabi. Jika tidak, maka dia adalah seorang pembual dan perlakukan dia sesukamu.” Kedua orang itu kemudian kembali ke Mekah menemuia orang-orang Quraisy dan mengatakan kepada mereka bahwa mereka sudah mempunya cara yang pasti dalam mengahadpi Muhammad, dan juga tentang tiga pertanyaan yang diberikan oleh rabi yahudi.. Mereka menemui Nabi dan meminta dia untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Nabi berkata kepada mereka “Saya akan beri jawaban besok,” tetapi dia tidak mengatakan “dengan ijin Allah”. Kemudian mereka pergi; dan Nabi, seperti yang mereka katakan, menunggu selama 15 hari tanpa mendapat wahyu dari Allah mengenai hal ini, tidak juga Gabriel datang kepadanya, sehingga orang-orang Mekah mulai menyebarkan laporan-laporan jahat, yang mengatakan “Muhammad berjanji kepada kami akan memberi jawaban besok, dan sekarang adalah hari kelima belas kami menunggu tanpa jawaban.” Keterlambatan ini menyebabkan kesedihan yang mendalam pada Nabi, sampai dengan Gabril memberikan Nabi Surat-18 (Al-Kahfi, Cave), dimana Gabriel menegur mengenai kesedihan Nabi, dan mengatakan pada Nabi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mereka, tentang anak-anak muda, pengelana besar dan spirit. versi bahasa Inggrisnya: When Al-Nadr said that to them, they sent him and `Uqba b. Abu Mu`ayt to the Jewish rabbis in Medina and said to them, 'Ask them about Muhammad; describe him to them and tell them what he says, for they are the first people of the scriptures and have knowledge which we do not possess about the prophets.' They carried out their instructions, and said to the rabbis, 'You are the people of the Taurat, and we have come to you so that you can tell us how to deal with this tribesman of ours.' The rabbis said, 'Ask him about three things of which we will instruct you; if he gives you the right answer then he is an authentic prophet, but if he does not, then the man is a rogue, so form your own opinion about him. Ask him what happened to the young men who disappeared in ancient days, for they have a marvellous story. Ask him about the mighty traveller who reached the confines of both East and West. Ask him what the spirit is. If he can give you the answer, then follow him, for he is a prophet. If he cannot, then he is a forger and treat him as you will.' The two men returned to Quraysh at Mecca and told them that they had a decisive way of dealing with Muhammad, and they told them about the three questions. They came to the apostle and called upon him to answer these questions. He said to them, 'I will give you your answer tomorrow,' but he did not say, 'if God will.' So they went away; and the apostle, so they say, waited for fifteen days without a revelation from God on the matter, nor did Gabriel come to him, so that the people of Mecca began to spread evil reports, saying, 'Muhammad promised us an answer on the morrow, and today is the fifteenth day we have remained without an answer.' This delay caused the apostle great sorrow, until Gabriel brought him the Chapter of The Cave, in which he reproaches him for his sadness, and told him the answers of their questions, the youths, the mighty traveller, and the spirit. Seperti Al-Nadr, Uqba juga tidak percaya Nabi Muhammad dan seperti diceritakan bahkan pernah menaruh kotoran domba di kepala Nabi pada waktu Nabi sembahyang. :lol: Nabi menganggap dia sebagai musuh Allah dan Nabi dan memerintahkan Ali untuk membunuhnya. Pembunuhan Abu Afak Setelah Nabi tiba di Medina (th 622), nenerapa orang lokal mulai tidak menyukai Nabi. Banyak dari mereka adalah orang Yahudi, beberapa lagi orang pagan arab. Salah satu penentang Nabi adalah Abu Afak, kakek tua berumur 120 tahun. Kejahatan Afak adalah menghasut supaya orang-orang Medina meninggalkan Nabi. Berikut petikan cerita ini dari Sirat RasulAllah (Ibn. Ishaq), Abu Afak adalah salah satu dari B.Amr.b.Auf yang merupakan klan b.Ubayda. Dia menunjukkan ketidaksukaannya pada waktu Nabi membunuh al-Harith b. Suwaydb.Samit dan berkata: “Telah lama saya hidup tapi belum pernah saya melihat Sekelompok/sekumpulan orang-orang Yang lebih loyal/setia pada tugas-tugasnya Dan sekutu-sekutu mereka pada waktu dipanggil Daripada anak-anak Qayla pada waktu mereka berkumpul, Orang-orang yang membuang gunung-gunung dan tidak pernah tunduk Seorang pengendara yang datang membelah mereka dalam dua bagian (dengan berkata) “Diijinkan”, “dilarang”, atau hal-hal semacam itu. Seandainya kamu percaya pada kejayaan atau jabatan raja Kamu pasti telah mengikuti Tubba. [catatan: Tubba adalah penguasa Yemen yang menyerang daerah ini yang sekarang dikenal dengan Arab Saudi; Orang Qaylites menolak mereka] Nabi berkata, “Siapa yang akan menangani orang ini untuk saya?” Saat itu Salim b.Umayr, saudara dari B.Amr b.Auf, salah seorang “weepers”, pergi dan membunuhnya. Umama b.Muzayriya berkata mengenai hal ini: Kamu berbohong kepada agama Allah dan pada orang bernama Ahmad (Muhammad) Dengan dia yang merupakan ayahmu, kejahatan adalah anak yang dihasilkan! Seorang “Hanif” menusukmu pada malam hari dengan berkata “Bunuh itu Abu Afak tanpa melihat usia tuamu!” Meskipun saya tahu apakah it manusia atau jin Yang membunuhmu pada malam buta (Akan saya katakan tidak tahu). versi bahasa Inggrisnya: Abu Afak was one of the B. Amr b. Auf of the B. Ubayda clan. He showed his disaffection when the apostle killed al-Harith b. Suwayd b. Samit and said: "Long have I lived but never have I seen An assembly or collection of people More faithful to their undertaking And their allies when called upon Than the sons of Qayla when they assembled, Men who overthrew mountains and never submitted, A rider who came to them split them in two (saying) "Permitted", "Forbidden", of all sorts of things. Had you believed in glory or kingship You would have followed Tubba. The apostle said, "Who will deal with this rascal for me?" Whereupon Salim b. Umayr, brother of B. Amr b. Auf, one of the "weepers", went forth and killed him. Umama b. Muzayriya said concerning that: You gave the lie to God's religion and the man Ahmad! [Muhammad] By him who was your father, evil is the son he produced! A "hanif" gave you a thrust in the night saying "Take that Abu Afak in spite of your age!" Though I knew whether it was man or jinn Who slew you in the dead of night (I would say naught). Berikut petikan dari Kitab Al Tabaqat Al Kabir (Book of The Major Classes, Vol-2) oleh IBN SA'D Kemudian terjadi serangan oleh Salim Ibn Umayr al Amri terhadapa Abu Afak, Yahudi, dalam bulan Shawwal pada permulaan bulan kedua-puluh dari Hijrah Rasul Allah. Abu Afak adalah dari Banu Amr Ibn Awf, dan adalah seorang tua yang telah berusia 120 tahun. Dia seorang yahudi, dan biasa menghasut orang-orang untuk melawan Nabi, dan menyusun sajak-sajak ejekan tentang Muhammad. Salim Ibn Umayr yang merupakan seoarang “weepers” (orang yang ditugasi berpura-pura menangis dalam suatu upacara?) yang handal dan yang ikut perang Badr, berkata, “Saya bersumpah bahwa saya akan membunuh Abu Afak atau mati sebelum dia”. Dia menunggu kesempatan sampai suautu malam yang panas datang, dan Abu Afak tidur ditempat terbuka. Salim Ibn Umayr tmengetahui itu, maka dia tancapkan pedangnya di hatinya dan menekannya sampai menembus tempat tidurnya. Musuh Allah berteriak dan orang-orang yang merupakan pengikutnya berlari kearah dia, membawanya ke rumahnya dan menguburkannya. Pembunuhan Asma' Bint Marwan Pembunuhan Asma Bint Marwan (perempuan) terjadi setelah terbunuhnya Abu Afak. Dia juga dibunuh pada pada malam hari pada waktu sedang tidur. Berikut kutipan dari Sirat Rasul Allah: Dia adalah dari B.Umayya b.Zaid. Pada waktu Abu Afak telah dibunuh dia menjukan ketidak senangannya. Abdullah b. al-Harith b. Al-Fudayl dari ayahnya berkata bahwa dia menikah dengan ornag dari B.Khatma yang bernama Yazid b. Zayd. Menyalahkan Islam dan pengikutnya dia mengatakan: Saya membenci B. Malik dan al-Nabit Dan Auf dan B. al-Khazraj. Kamu mematuhi orang asing yang bukan apa-apamu Bukan seorang Murad atau Madhhij. {1} Apakah kamu mangharapkan kebaikan dari dia seelah membunuh pemimpinmu Seperti orang lapar yang menunggu daging yang dimasak ? Bukankah orang yang tidak punya harga diri yang menyerang dia dengan tiba-tiba Dan memutuskan harapan orang-orang yang menggantungkan semuanya dari dia? Hassan b. Thabit menjawabnya: Banu Wail dan B. Waqif dan Khatma Adalah lebih rendah dari B. al-Khazrahj. Pada waktu dia meratapi kesedihannya (?) dalam tangisnya Karena kematian akan datang Dia menghina orang dari asal yang gemilang Mulia dalam kepergian dan kedatangannya Sebekum tengah malam dia mewarnainya dalam darahnya Dan karena itu tidak ada kesalahan Pada waktu Rasul Allah mendengar apa yang dia (Asma) katakan, dia berkata, “Siapa yang akan meningkirkan anak Marwan dari saya?” Umayr b Adiy al-Khatmi yang bersama dia mendengarnya, dan pada malam itu juga dia pergi ke rumahnya dan membunuhnya. Pagi harinya dia datang menemui Rasul dan mengatkan padanya apa yang telah dia lakukan dan dia (Muhammad) berkata, “Kamu telah menolong Allah dan Rasulnya, O Umayr!” Sewaktu dia bertanya apakah dia harus menanggung perbuatannya Nabi berkata, “dua ekor kambing tidak akan beradu kepala mengenai dia”, maka Umayr kembali ke orang-orangnya. Hari itu ada keributan diantara B.Khatma mengenai kejadian yang menimpa bint (anak perempuan) Marwan. Dia hidup dengan lima anak laki-laki, dan pada waktu Umayr pergi ke mereka setelah bertemu Rasul dia berkata,”Say telah membunuh bint Marwan, O anak-anak Khatma. Tahan saya kalau kamu bisa; jangan membuat saya menunggu.” Itu adalah ahri pertama Islam menjadi berkuasa atas orang-orang B.Khatma; sebelum itu mereka yang muslim menembunyikan kepercayaannya. Salah satu dari mereka yang menerima Islam adalah Umayr b Adiy yang dipanggil sebagai “Pembaca”, dan Abdullah b. Aus dan Khuzayma b.Thabit. Pada hari setela Bint Marwan dibunuh laki-laki B.Khatma menjadi muslim karena mereka melihta kekuatan Islam. (Catatan{1}: Murad atau Madhhij adalah suku Arab yang berasal dari Yemen.) versi bahasa Inggrisnya: She was of B. Umayyya b. Zayd. When Abu `Afak had been killed she displayed disaffection. `Abdullah b. al-Harith b. Al-Fudayl from his father said that she was married to a man of B. Khatma called Yazid b. Zayd. Blaming Islam and its followers she said: I despise B. Malik and al-Nabit and `Auf and B. al-Khazraj. You obey a stranger who is none of yours, One not of Murad or Madhhij. {1} Do you expect good from him after the killing of your chiefs Like a hungry man waiting for a cook's broth? Is there no man of pride who would attack him by surprise And cut off the hopes of those who expect aught from him? Hassan b. Thabit answered her: Banu Wa'il and B. Waqif and Khatma Are inferior to B. al-Khazrahj. When she called for folly woe to her in her weeping, For death is coming. She stirred up a man of glorious origin, Noble in his going out and in his coming in. Before midnight he dyed her in her blood And incurred no guilt thereby. When the apostle heard what she had said he said, "Who will rid me of Marwan's daughter?" `Umayr b. `Adiy al-Khatmi who was with him heard him, and that very night he went to her house and killed her. In the morning he came to the apostle and told him what he had done and he said, "You have helped God and His apostle, O `Umayr!" When he asked if he would have to bear any evil consequences the apostle said, "Two goats won't butt their heads about her", so `Umayr went back to his people. Now there was a great commotion among B. Khatma that day about the affair of bint [daughter of] Marwan. She had five sons, and when `Umayr went to them from the apostle he said, "I have killed bint Marwan, O sons of Khatma. Withstand me if you can; don't keep me waiting." That was the first day Islam became powerful among B. Khatma; before that those who were Muslims concealed the fact. The first of them to accept Islam was `Umayr b. `Adiy who was called the "Reader", and `Abdullah b. Aus and Khuzayma b. Thabit. The day after Bint Marwan was killed the men of B. Khatma became Muslims because they saw the power of Islam. {1} The note reads "Two tribes of Yamani origin." Ibn Sa`d's Kitab al-Tabaqat al-Kabir, translated by S. Moinul Haq, volume 2, Kemudian terjadi serangan Umayr ibn Adi Ibn Kharashah al-Khtami melawan Asma Bint Marwan, dari Banu Umayyah Ibn Zaid, sewaktu tinggal lima malam sebelum Ramadan, pada awal bulan kesembilan belas setelah hijrah Rasul Allah. Asma adalah istri Yazid Ibn Zayd ibn Hisn al-Khatmi. Dia biasa menghina Islam dan Nabi dan menghasut orang untuk melawan Nabi. Dia menulis sajak-sajak. Umayr ibn Adi datang kepadanya pada malam hari dan masuk kedalam rumahnya. Anak-anak Asma sedang tidur disamping dia. Disitu ada satu anak yang sedang dia susui. Dia mnecari Asma dengan tanganya karena dia buta, dan memisahkan anak-anak dari ibunya. Dia tusukkan pedangnya didada Asma sampai menembus punggungnya. Kemudian dai melakukan sholat subuh bersama Nabi di Medina. Rasul Allah berkata padanya:”Apakah kamu telah membunuh anak Marwan?” Dia berkata:”Ya. Adakah hal lain lagi yang harus saya kerjakan”? Dia (Muhammad) berkata:”Tidak. Dua kambing akan beradu kepala mengenai dia” Ini adalah kata pertama yang didengar dari Rasul Allah. Rasul Allah memanggilnya “Umays, “basir” (yang melihat). versi bahasa Inggrisnya: Then (occurred) the sariyyah of `Umayr ibn `Adi Ibn Kharashah al-Khatmi against `Asma' Bint Marwan, of Banu Umayyah Ibn Zayd, when five nights had remained from the month of Ramadan, in the beginning of the nineteenth month from the hijrah of the apostle of Allah. `Asma' was the wife of Yazid Ibn Zayd Ibn Hisn al-Khatmi. She used to revile Islam, offend the prophet and instigate the (people) against him. She composed verses. Umayr Ibn Adi came to her in the night and entered her house. Her children were sleeping around her. There was one whom she was suckling. He searched her with his hand because he was blind, and separated the child from her. He thrust his sword in her chest till it pierced up to her back. Then he offered the morning prayers with the prophet at al-Medina. The apostle of Allah said to him: "Have you slain the daughter of Marwan?" He said: "Yes. Is there something more for me to do?" He [Muhammad] said: "No. Two goats will butt together about her. This was the word that was first heard from the apostle of Allah. The apostle of Allah called him `Umayr, "basir" (the seeing). Pembunuhan Musuh-musuh Nabi di Mekah Berikut tulisan Haekal dalam Sejarah Hidup Nabi, setelah Nabi mengalahkan Mekah. Kemudian ia bertanya kepada mereka: "Orang-orang Quraisy. Menurut pendapat kamu, apa yang akan kuperbuat terhadap kamu sekarang?" "Yang baik-baik. Saudara yang pemurah, sepupu yang pemurah." jawab mereka. "Pergilah kamu sekalian. Kamu sekarang sudah bebas!" katanya. Dengan ucapan itu maka kepada Quraisy dan seluruh penduduk Mekah ia telah memberikan pengampunan umum (amnesti). Alangkah indahnya pengampunan itu dikala ia mampu! Alangkah besarnya jiwa ini, jiwa yang telah melampaui segala kebesaran, melampaui segala rasa dengki dan dendam di hati! Jiwa yang telah dapat menjauhi segala perasaan duniawi, telah mencapai segala yang diatas kemampuan insani! Itu orang-orang Quraisy, yang sudah dikenal betul oleh Muhammad, siapa-siapa mereka yang pernah berkomplot hendak membunuhnya, siapa-siapa yang telah menganiayanya dan menganiaya sahabat-sahabatnya dahulu, siapa-siapa yang memeranginya di Badr dan di Uhud, siapa yang dahulu mengepungnya dalam perang Khandaq? Dan siapa-siapa yang telah menghasut orang-orang Arab semua supaya melawannya, dan siapa pula, kalau berhasil, yang akan membunuhnya, akan mencabiknya sampai berkeping-keping kapan saja kesempatan itu ada!? Mereka itu, orang-orang Quraisy itu sekarang dalam genggaman tangan Muhammad, berada di bawah telapak kakinya. Perintahnya akan segera dilaksanakan terhadap mereka itu. Nyawa mereka semua kini tergantung hanya di ujung bibirnya dan pada wewenangnya atas ribuan balatentara yang bersenjatakan lengkap, yang akan dapat mengikis habis Mekah dengan seluruh penduduknya dalam sekejap mata! [color=darkred]“Tetapi Muhammad, tetapi Nabi, tetapi Rasulullah, bukanlah manusia yang mengenal permusuhan, atau yang akan membangkitkan permusuhan di kalangan umat manusia! Dia bukan seorang tiran, bukan mau menunjukkan sebagai orang yang berkuasa. Tuhan telah memberi keringanan kepadanya dalam menghadapi musuh, dan dalam kemampuannya itu ia memberi pengampunan.

DUA WAJAH ISLAM Saya sering bertanya-tanya mengenai berbagai komentar tentang perilaku teroris yang mengatas-namakan islam. Pada umumnya muslim akan bilang bahwa mereka adalah kelompok ekstrim yang memiliki pemahaman keliru mengenai Islam. Mereka ini hanya kelompok kecil saja dan kelompok ekstrimis seperti ini dapat dijumpai pada setiap pemeluk agama atau keyakinan manapun. Dalam berbagai pernyataannya, para teroris “islam” ini selalu bilang bahwa mereka hanya menjalankan apa yang diperintahkan Allah dan Nabi seperti yang dapat dibaca di Quran maupun Hadiths. Dengan pemahamannya itu, mereka memberikan seluruh hidupnya untuk Allah, dan sangat yakin bahwa apa yang mereka lakukan akan mendapat pahala surga yang bahkan lebih tinggi dari para muslim pada umumnya. Adalah kenyataan bahwa mayoritas muslim adalah baik dan cinta damai. Mereka sering kita sebut sebagai islam moderat. Yang membedakan mereka adalah pemahaman mereka atas keyakinannya itu. Sumber keyakinannya sama (Quran dan Hadiths) hanya pemahamannya yang berbeda. Muslim moderat dengan mudah bercampur dengan siapa saja, dari kalangan keyakinan lain manapun. Mereka percaya dan menjalankan lima pilar Islam, beberapa sholat, dan beberapa lainnya tidak. Mereka mungkin puasa selama bulan ramadan, memberikan zakat dan jika mereka mampu mereka akan pergi menunaikan ibadah haji ke Mekah paling tidak sekali selama hidupnya. Mungkin banyak juga yang mampu tapi tidak mau pergi haji. Jika kita amati lebih dalam, kita lihat muslim yang semakin mengenal islamnya, mereka lebih tekun menjalankan ibadahnya, mereka secara berkala membaca quran, pergi ke mesjid, sangat ketat dalam memilih makanan halal, berpakaian secara islami, semakin membenci yahudi dan menganggap mereka sebagai musuh muslim. Semakin kita amati lebih dalam, kita akan mulai temukan beberapa kelompok muslim fanatik yang sangat mengenal islamnya, yang mendedikasikan seluruh hidupnya untuk islam, dan seringkali kemudian mereka menjadi sangat ekstrim dan bahkan menjadi teroris. Mereka ini juga muslim. Kita seringkali tidak percaya waktu kita membaca bagaimana seorang yang sangat sederhana, sangat tekun beribadah, bergaul sangat baik di lingkungannya, bisa dengan begitu cepat menjadi fanatik, ekstrim dan berubah menjadi teroris. Apa yang merubah mereka menjadi seperti ini? Apakah pemahaman mereka akan islam yang salah? Bukankah mereka ini pada umumnya sangat mengenal Islam, mengenal Quran dan Hadiths luar dalam. Kita sering mencap mereka sebagai bukan “Real Islam”. Sebaliknya mereka bilang justru mayoritas muslim sebagai “hypocrite”. Mereka bilang muslim mayoritas ini sebagai muslim yang tidak menjalankan perintah Allah dalam Quran dengan semestinya, yang berusaha menginterpretasikan ayat-ayatnya sesuai dengan kriterianya sendiri. Mereka bilang mayoritas muslim inilah yang bukan “Real Islam”. Dari ajaran damai ke Militan Saya jumpai (menurut saya) di Quran banyak sekali ayat-ayat yang “bertentangan” yang cukup membingungkan. Ambiguitas ini memungkinkan muslim untuk mempunyai “tuntunan Illahi” mereka sendiri yang didasarkan pada preferensi mereka. Mereka yang suka toleransi dan ingin memperlihatkan bahwa islam adalah agama yang toleran, dapat mengutip ayat-ayat Quran yang menganjurkan toleransi, sedangkan mereka yang fanatik, “fundamentalis”, dan bahkan terorist dapat mengutip ayat-ayat Quran yang membangkitkan kebencian dan pembunuhan “disbelievers”. Kalau kita baca sejarah Nabi, sejak hari pertama Nabi mengajarkan Islam di Mekah, beliau mendapat penolakan yang sangat keras. Para penentang Nabi ini sangat kuat berpegang pada kebiasaan lama mereka dan lebih dari pada itu adalah bahwa ajaran Nabi menganjurkan mereka untuk meninggalkan kebiasaan mereka itu yang telah mendatangkan kekayaan dan “prestise” kepada pemuka-pemuka suku Quraisy (sebagai pengurus Kabah). Quraisy mencurahkan semua kegiatannya dalam memerangi Nabi yang dianggapnya sudah melanggar kebiasaan mereka, melanggar kepercayaan mereka dan kepercayaan leluhur mereka itu. (Pendapat saya: Sepertinya wajar ada reaksi seperti ini dari Quraisy. Kepercayaan mereka sudah mereka jalankan turun temurun. Tentunya mereka tidak ingin kepercayaan yang mereka anut dilecehkan meskipun menurut pandangan kita kepercayaan polytheist yang mereka praktekkan itu tidak betul. Lebih-lebih kalau dilihat bahwa praktek ritual (terutama dalam musim pilgrimage) yang biasa dilakukan orang arab zaman itu di Kabah, Mekah, banyak mendatangkan kekayaan bagi para pemimpin Quraisy. Muslim percaya Islam. Tapi mereka yang beragama lain, yang memiliki keyakinan lain, bisa itu Hindu, Budha, Kristen atau apapun namanya, percaya pada keyakinan mereka sendiri. Kalau ada orang Hindu mengatakan bahwa islam itu tidak betul, tentu muslim akan marah. Kita bisa lihat ini bahkan di jaman modern seperti sekarang sekalipun. Orang muslim akan bilang bahwa orang Hindu seperi itu dianggap menyebarkan fitnah. ). Selama waktu 13 tahun Nabi berdakwah di Mekah, orang-orang yang bisa menerima Nabi tidak lebih dari 100 orang. Ajaran Nabi yang dilakukan dengan cara damai dan baik, yang mengajarkan akan ke Esa-an Allah, ataupun janji surga dan peringatannya akan hukuman neraka bagi para penyembah berhala tidak cukup memberikan penyebaran yang baik bagi Islam. Dihadapkan pada kenyataan adanya perlawanan yang sangat keras dari para pemimpin Quraisy tsb, Nabi menyadari bahwa beliau perlu memikirkan cara dan jalan untuk mengatasi semua itu. Bahkan sebelum keputusannya untuk bermigrasi ke Medina, Nabi telah mengambil dua langkah penting untuk mengatasi tekanan Quraisy ini. Yang pertama adalah anjuran Nabi kepada para pengikutnya untuk pergi dan menetap di Abysina dengan harapan dapat perlindungan atau bantuan dari Negus. Dengan ikutnya sepupu Nabi yang bernama Ja’far b. Abi Taleb ke Abysina, dan dari informasi yang mereka sampaikan kepada Negus mengenai tekanan/siksaan polytheist terhadap pengikut Nabi yang monotheis di Mekah, mungkin dapat dilihat bahwa ini adalah cara Nabi untuk mendapatkan bantuan dari Negus dalam mengatasi tekanan dari Quraish. Langkah kedua adalah perjalanan Nabi seorang diri ke Taef. Setelah kehilangan pamannya dan pelindungnya, Abu Taleb dan istrinya Khadija, posisi Nabi dan pengikutnya lebih rawan terhadap serangan Quraisy dibanding sebelumnya. Nabi berharap dapat memperoleh bantuan dari Banu Thaqif. Taef, merupakan tempat musin panas bagi penduduk Mekah karena udaranya yang sejuk, dan orang-orang setempat dapat memperoleh keuntungan dari kunjungan orang-orang Mekah kesana dan juga dapat memberikan hubungan dagang. Disamping itu Taef juga merupakan pusat penyembahan berhala Lat. Kegiatan ritual disini juga memberikan keuntungan bagi penduduk Taef walaupun tidak sebesar kabah di Mekah. Banu thaqif adalah suku yang terpandang di Taef ini. Dengan pertimbangan ekonomi seperti itu, Banu Thaqif berpikir bahwa akan sangat merugikan bagi mereka jika mereka memberikan pertolongan dan perlindungan bagi Nabi Muhammad apalagi jika orang Quraisy mengetahui hal ini sehingga dapat menimbulkan perselisihan dengan mereka. Dengan pertimbangan ini, diluar harapan Nabi, Banu Thaqif tidak hanya menolak Nabi tapi bahkan menghina dan memakinya. Disamping Taef, ada satu kota lagi di Hijaz yang menyaingi Mekah dalam kehidupan ekonomi dan sosialnya. Kota ini adalah Yathreb (Medina). Mekah, dengan Kabahnya, merupakan tempat pusat religius yang paling banyak dikunjungi suku-suku Bedoin, dan suku Quraisy sebagai pemegang Kabah dan pengurus/pensuplai semua keperluan/kebutuhan pengunjung Kabah, secara otomatis dapat mengklain sebagai suku yang paling tinggi di Arab. Tetapi, kota Oasis Yatreb, dengan pertaniannya yang maju yang tidak dimiliki Mekah, dan perdagangan yang substansial, dan penduduknya yang relatif lebih berpendidikan terutama karena adanya pengaruh penduduk tiga suku Yahudi yang menetap disana, memiliki tingkat kehidupan budaya dan sosial yang lebih tinggi dibanding Mekah. Meskipun demikian, Yathreb pada umumnya dipandang sebagai kota kedua di Hijaz setelah Mekah. Di Yathreb, selain tiga suku Yahudi (Banu Qainuqa, Bani Nadir dan Bani Quraiza), terdapat dua suku arab yang saling bersebrangan, yaitu suku Aws dan Khazraj, masing-masing beraliansi dengan salah satu atau dua suku Yahudi yang ada di yathreb. Suku Aws dan Khazraj ini adalah Arab Qahtani yaitu arab yang berasal dari Yamani. (Suku Quraisy di Mekah merupakan Arab Adnani yaitu Arab Utara). Suku Aws dan khazraj ini tidak semakmur tetangga Yahudi mereka, dan mereka seringkali bekerja pada orang yahudi ini. Jadi disamping aliansi mereka dengan suku yahudi tertentu, mereka pada khususnya melihat superioritas ekonomi Yahudi dibanding mereka dan umumnya melihat Yahudi sebagai atasan mereka. Berita mengenai munculnya Nabi dengan Islamnya di Mekah, dan oposisi dari pihak Quraisy telah menyebar di seluruh Hijaz juga menjadi perhatian di Medina. Laporan dari beberapa orang Yatreb yang pergi ke Mekah dan dari hasil diskusi mereka dengan Nabi mendorong beberapa pimpinan Aws dan Khazraj untuk beraliansi dengan Nabi. Mereka berpikir jika mereka bisa membawa Nabi dan pengikutnya ke Medina dan membentuk aliansi dengan Nabi, berbagai kesulitan yang mereka hadapi selama ini mungkin bisa diatasi. Aliansi bersama dengan Nabi dan pengikutnya mungkin dapat membantu suku Aws dan Khazraj untuk mengakhiri perselisihan diantara mereka yang telah berlangsung lama. Tambahan lagi melihat kenyataan bahwa Nabi membawa pesan agama baru. Jika agama ini berkembang, orang Yahudi tidak lagi akan dapat mengklain keunggulan mereka dengan dasar bahwa mereka memiliki kitab suci dan merupakan manusia pilihan Tuhan. Kolaborasi dengan Nabi dan pengikutnya dengan demikian akan dapat memperkuat suku Aws dan Khazraj dalam hubunganya dengan tiga suku Yahudi yang ada Medina. Selama musim “pilgrimage” (perjalanan ke tempat suci atau keramat), pada tahun 620, enam orang dari Yathreb bertemu dengan Nabi dan mereka mendengarkan dengan seksama apa yang disampaikan Nabi. Dalam musim pilgrimage berikutnya pada th 621, 12 orang delegasi yathreb bertemu dengan mereka di Aqaba di pinggiran kota Mekah. Ditempat ini mereka menyatakan ikrar atau berjanji kepada Nabi (dikenal dengan Ikrar Aqaba pertama). Mereka berikrar kepadanya untuk tidak menyekutukan Tuhan, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak, tidak mengumpat dan memfitnah. Setelah kembalinya mereka ke yatreb, mereka memberi tahu teman-teman mereka bahwa mereka telah menjadi muslim dan ingin membuat aliansi dengan Muhammad. Tindakan dan usulan mereka ini diterima dan mendapat persetujuan yang luas di Yathreb. Pada tahun berikutnya 622, delegasi yang lebih besar yang terdiri dari 70 orang laki-laki dan 2 perempuan pergi menemui Nabi ditempat yang sama yang kemudian menghasilkan apa yang dikenal dengan nama Ikrar Aqaba ke-2. Ide mengenai emigrasi bukan sesuatu yang aneh dalam pikiran Nabi seperti yang dapat dibuktikan dari perginya muslim ke Abisyna, seperti dinyatakan dalam S 39:13, Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. Ikrar Aqaba bisa dibilang merupakan jawaban dari harapan Nabi selama ini. Misi beliau di Mekah selama 13 tahun, sampai saat itu masih belum mendapat sukses. Pendekatannya kepada banu Thaqif di Taef tidak saja gagal tetapi lebih jauh membuat Quraisy semakin keras terhadap Nabi. Meskipun klan Nabi Muhammad sendiri, banu Hashim tetap melindunginya, mereka hanya melindungi beliau dari cedera badan dan tidak dapat diharapkan untuk bergabung dalam perjuangan melawan Quraisy. Aliansi dengan Aws dan Khazraj akan memberikan prospek yang baik. Dengan dukungan mereka akan memungkinkan mengadakan perlawanan terhadap Quraishy. Pertimbangan lain adalah bahwa Yathreb dengan perdagangan dan pertaniannya akan memungkinkan emigran muslim untuk mencari kerja. Dalam negosiasi antara Nabi dengan pemimpin Aws dan Khazraj di Aqaba, Abbas b. Abdul Mutallib yang saat itu belum menjadi muslim tetapi merupakan pelindung Nabi, mendesak mereka (aws dan kharazj) untuk secara jujur berterus terang mengenai tujuan mereka terhadap Nabi. Berikut beberapa kutipan dari Haekal mengenai ikrar Aqaba-2 ini. "Saudara-saudara dari Khazraj!" kata 'Abbas. "Posisi Muhammad di tengah-tengah kami sudah sama-sama tuan-tuan ketahui. Kami dan mereka yang sepaham dengan kami telah melindunginya dari gangguan masyarakat kami sendiri. Dia adalah orang yang terhormat di kalangan masyarakatnya dan mempunyai kekuatan di negerinya sendiri. Tetapi dia ingin bergabung dengan tuan-tuan juga. Jadi kalau memang tuan-tuan merasa dapat menepati janji seperti yang tuan-tuan berikan kepadanya itu dan dapat melindunginya dari mereka yang menentangnya, maka silakanlah tuan-tuan laksanakan. Akan tetapi, kalau tuan-tuan akan menyerahkan dia dan membiarkannya terlantar sesudah berada di tempat tuan-tuan, maka dari sekarang lebih baik tinggalkan sajalah." Setelah mendengar keterangan 'Abbas pihak Yathrib menjawab: "Sudah kami dengar apa yang tuan katakan. Sekarang silakan Rasulullah bicara. Kemukakanlah apa yang tuan senangi dan disenangi Tuhan." Muhammad menjawab: "Saya minta ikrar tuan-tuan akan membela saya seperti membela isteri-isteri dan anak-anak tuan-tuan sendiri." Untuk hal ini, salah satu delegasi dari Kazrajz, seorang pemimpin masyarakat dan yang tertua di antara mereka, O Al-Bara' b. Ma'rur segera mengulurkan tangan menyatakan ikrarnya seraya berkata: "Rasulullah, kami sudah berikrar. Kami adalah orang peperangan dan ahli bertempur yang sudah kami warisi dari leluhur kami." Tetapi sebelum Al-Bara' selesai bicara, Abu'l-Haitham ibn't-Tayyihan datang menyela: "Rasulullah, kami dengan orang-orang itu - yakni orang-orang Yahudi - terikat oleh perjanjian, yang sudah akan kami putuskan. Tetapi apa jadinya kalau kami lakukan ini lalu kelak Tuhan memberikan kemenangan kepada tuan, tuan akan kembali kepada masyarakat tuan dan meninggalkan kami?" Muhammad tersenyum, dan katanya: "Tidak, saya sehidup semati dengan tuan-tuan. Tuan-tuan adalah saya dan saya adalah tuan-tuan. Saya akan memerangi siapa saja yang tuan-tuan perangi, dan saya akan berdamai dengan siapa saja yang tuan-tuan ajak berdamai." Tatkala mereka siap akan mengadakan ikrar itu, 'Abbas b.'Ubada datang menyela dengan mengatakan: "Saudara-saudara dari Khazraj. Untuk apakah kalian memberikan ikrar kepada orang ini? Kamu menyatakan ikrar dengan dia tidak melakukan perang terhadap yang hitam dan yang merah melawan orang-orang itu. Kalau tuan-tuan merasa, bahwa jika harta benda tuan-tuan habis binasa dan pemuka-pemuka tuan-tuan mati terbunuh, tuan-tuan akan menyerahkan dia (kepada musuh), maka (lebih baik) dari sekarang tinggalkan saja dia. Kalaupun itu juga yang tuan-tuan lakukan, ini adalah suatu perbuatan hina dunia akhirat. Sebaliknya, bila tuan-tuan memang dapat menepati janji seperti yang tuan-tuan berikan kepadanya itu, sekalipun harta-benda tuan-tuan akan habis dan bangsawan-bangsawan akan mati terbunuh, maka silakan saja tuan-tuan terima dia. Itulah suatu perbuatan yang baik, dunia akhirat." Orang ramai itu menjawab: "Akan kami terima, sekalipun harta-benda kami habis, bangsawan-bangsawan kami terbunuh. Tetapi, Rasulullah, kalau dapat kami tepati semua ini, apa yang akan kami peroleh?" "Surga," jawab Muhammad dengan tenang dan pasti. Mereka lalu mengulurkan tangan dan dia juga membentangkan tangannya. Ketika itu mereka menyatakan ikrar kepadanya. Selesai ikrar itu, Nabi berkata kepada mereka: "Pilihkan dua belas orang pemimpin dari kalangan tuan-tuan yang akan menjadi penanggung-jawab masyarakatnya." Mereka lalu memilih sembilan orang dari Khazraj dan tiga orang dari Aus. Kemudian kepada pemimpin-pemimpin itu Nabi berkata: "Tuan-tuan adalah penanggung-jawab masyarakat tuan-tuan seperti pertanggung-jawaban pengikut-pengikut Isa bin Mariam. Terhadap masyarakat saya, sayalah yang bertanggungjawab." Dalam ikrar kedua ini mereka berkata:[color=darkred] "Kami berikrar mendengar dan setia di waktu suka dan duka, di waktu bahagia dan sengsara, kami hanya akan berkata yang benar di mana saja kami berada, dan kami tidak takut kritik siapapun atas jalan Allah ini." Ikrar Aqaba dan hijrah Nabi ke Medina merupakan titik balik dalam cara Nabi menyebarkan Islam. Di Mekah, Nabi selalu mengajarkan Islam dengan cara damai. Di Medina Nabi membolehkan cara-cara kekerasan, yang pada akhirnya menjadi faktor utama dalam penyebaran dan perkembangan Islam. Penggunaan cara kekerasan seperti ini diambil oleh Nabi setelah dicapainya ikrar Aqaba antara Nabi dan pengikutnya dengan suku-suku Medina Aws dan Khazraj (kemudian dikenal dengan nama golongan Ansar, penolong) dan setelah hijrah Nabi ke Medina. Hampir semua raids (penyerbuan/ penyerangan) yang dilakukan muslim sejalan dengan keputusan Nabi itu. Pada awalnya kehidupan Nabi dan pengikutnya yang ikut hijrah ke Medina (biasa disebut Muhajirin) sangat sulit dan miskin. Nabi bahkan sering makan hanya dengan beberapa kurma. Kehidupan yang demikian bagi Nabi dirasakan tidak baik bagi para pengikut dan terutama untuk perkembangan Islam. Dengan keputusan Nabi yang membolehkan cara-cara kekerasan, maka mulailah muslim melakukan serangan-serangan ke Karavan pedagang (Quraisy) yang membawa barang-barang dari Damascuss ke Mekah. Beberapa serangan awal muslim terhadap karavan pedagang Quraish ini membuat khawatir orang-orang Quraisy. Setelah beberapa serangan awal itu, serangan yang terjadi di Badr memberikan sukses yang sangat besar bagi Muslim. Serangan-serangan seperti ini terus berlanjut, dan kekuatan Islam semakin besar. Target sasaran kemudian diarahkan ke suku-suku Yahudi yang ada di Medina dan daerah sekitarnya, yang relatif sangat makmur. Dengan cara ini resources/kekayaan di dapat untuk fondasi perkembangan “negara” Islam dengan Nabi sebagai pemimpinnya. Perolehan booty (rampasan perang, termasuk semua property/kekayaan warga yang diserang, perempuan dan anak-anak, dan tawanan lain untuk menjadi budak muslim) dalam serangan-serangan yang dilakukan muslim merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan Islam. Harapan untuk memperoleh booty bagi para pengikut Nabi menjadi pendorong yang sangat kuat untuk mematuhi perintah dalam menjalankan “jihad”. Misalnya beberapa ayat berikut menggambarkan janji Allah akan Booty yang melimpah yang akan diberikan bagi para pengikut Nabi setelah perjanjian Hudaibiya di surat 48:20, (Allah menjanjikan kepada kamu harta rampasan yang banyak yang dapat kamu ambil, maka disegerakan-Nya harta rampasan ini untukmu dan Dia menahan tangan manusia dari (membinasakan) mu (agar kamu mensyukuri-Nya) dan agar hal itu menjadi bukti bagi orang-orang mukmin dan agar Dia menunjuki kamu kepada jalan yang lurus.) Janji untuk memperoleh booty tsb kelihatannya menjadi insentif yang lebih kuat dibanding janji surga dimana sungai mengalir dibawahnya (S 85:11) Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; itulah keberuntungan yang besar. Dengan semakin kuatnya posisi Islam, ajaran-ajaran yang disampaikan Nabi juga semakin berubah. Beberapa kutipan ayat-ayat berikut cukup dapat memperlihatkan perubahan yang terjadi dalam ajaran-ajaran yang disampaikan Nabi, dari cara damai ke cara kekerasan. Di dalam ayat Mekah S 73:10~12, Allah memerintahkan Nabi untuk bersabar terhadap “disbelivers” dan bahwa Allah-lah yang akan bertindak terhadap mereka. (10) Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik. (11) Dan biarkanlah Aku (saja) bertindak terhadap orang-orang yang mendustakan itu, orang-orang yang mempunyai kemewahan dan beri tangguhlah mereka barang sebentar.(12) Karena sesungguhnya pada sisi Kami ada belenggu-belenggu yang berat dan neraka yang bernyala-nyala, Setelah posisi Islam di Medina menjadi kuat, perintah Allah kepada Nabi untuk memerangi disbelievers turun seperti dalam ayat Medina S 2:191 Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidilharam, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikianlah balasan bagi orang-orang kafir. Di dalam ayat S 6:108 yang diturunkan di Mekah disebutkan: Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan. (catatan: waktu saya membaca ayat ini, tidak jelas apakah ini perkataan Allah kepada Nabi atau perintah Nabi ke pengikutnya. Perhatikan penggunaan kata “..Kami jadikan…” dan “..lalu Dia…” yang keduanya menunjuk ke Allah. Di ayat-ayat Quran, banyak sekali dijumpai hal seperti ini). Di Medina, terutama selelah semakin kuatnya muslim, masalah makian ke sembahan-sembahan orang Quarish ini tidak lagi menjadi isu. Jalan damai dan ramah/sopan tidak lagi diijinkan. Dalam kata-kata di ayat Medina S 47:35, Janganlah kamu lemah dan minta damai padahal kamulah yang di atas dan Allah (pun) beserta kamu dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi (pahala) amal-amalmu. Kadang-kadang dua ayat yang saling bertentangan bisa kita jumpai di Surat yang sama, seperti misalnya yang dapat dilihat di Surat-2 (Al Baqara). Surat-2 (Al Baqara) secara kronologis dianggap sebagai surat pertama yang diturunkan di Medina setelah Hijrah, yang tidak diturunkan sekaligus tapi dalam bagian selama 2 tahun periode awal di Medina. Dalam ayat 256, yang kelihatannya turun pada awal periode ini (beberapa menilai bahwa ayat ini adalah ayat Mekah), dinyatakan secara jelas Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Sebaliknya, pada ayat 193, yang turun setelah posisi muslim bertambah kuat, diperintahkan penggunaan kekerasan: Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang lalim. Di dalam surat-9 (AL Baraa) yang secara kronologis merupakan surat terakhir yang diturunkan dalam Quran, perintah penggunaan kekerasan tidak dibatasi dan harus ditaati (Surat ke-9 dikenal dengan dua nama, yang pertama adalah Al Taubah dan yang kedua adalah surat Barra): (29) Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk. (114) Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu, adalah penghuni neraka Jahanam. (74) Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah neraka Jahanam. Dan itulah tempat kembali yang seburuk-buruknya. (124) Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa. Perintah yang sama dalam penggunaan kekerasan dalam kata-kata yang sama dapat dijumpai di surat medina Al-Tahrim, S 66:9 Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah neraka Jahanam dan itu adalah seburuk-buruk tempat kembali. Nabi/Quran tidak memberikan justifikasi terhadap perbedaan-perbedaan ini dan perubahan ajaran dari “damai” ke “militant” dan dari “konsiliasi” ke “konfrontasi”. Muslim yang ingin menampilkan citra islam toleran memilih ayat-ayat “lembut“ atau yang dikenal sebagai “ayat-ayat” awal (yang diturunkan di Mekah). Sebaliknya, mereka yang garis keras memilih ayat-ayat yang bersifat “kekerasan” dan menyatakan bahwa ayat-ayat awal yang “lembut” sudah dihapus dan diganti dengan ayat-ayat yang turun kemudian (di Medinah) yang bersifat “keras”. Alasannya seperti dikemukakan oleh Al-Maudoody: “Nabi Muhammad telah menjadi cukup kuat untuk bergerak dari tahap “lemah” ke tahap “jihad”. Muslim berpendapat bahwa cara kekerasan itu dilakukan hanya untuk “membela diri”. Sifatnya “defensif”. Juga, dikatakan bahwa apa yang dilakukan Nabi adalah untuk memerangi orang-orang yang memerangi Islam lebih dulu. Itu justifikasinya. Tapi bagaimana dengan “barbarisme” yang diperlihatkan muslim, pembunuhan-pembunuhan yang seringkali sangat kejam (seperti orang arab barbar jaman itu juga), perampasan harta, wanita, anak-anak, yang merupakan booty yang dirampas dari serangan-serangan yang dilakukan muslim, rampasan booty yang kemudian dibagi-bagikan kepada Nabi (mendapat 1/5 bagiannya, untuk kehidapan Nabi dan keluarganya dan juga untuk kebutuhan penyebaran Islam lebih jauh) dan kepada pasukan muslim, menjadikan tawanan sebagai budak bahkan tawanan perempuan boleh dijadikan sebagai pemuas nafsu mereka, pembunuhan sadis orang-orang yang menghina Nabi atas perintah Nabi, saling bunuh antara keluarga sendiri karena membela Nabi dan islam? Hijrah Nabi ke Medina adalah sebagai cara untuk melawan para penentang Nabi dan ini adalah keputusan strategis Nabi. Serangan-serangan yang dilakukan Nabi terhadap pedagang Quraisy adalah dilakukan sebagai balasan kepada Quraisy penentang Nabi ini. Muslim merasa bahwa semua ini benar. Saya merasa bahwa ini seperti pembalasan. Ironisnya adalah bahwa semua ini adalah atas perintah Allah seperti yang dinyatakan dalam Quran. Beberapa ulama muslim mencoba memberikan memberikan penjelasan mengenai perubahan dari ajaran damai ke militan. Dr. M. Khan yang merupakan penterjemah Sahih Bukhari dan Quran dalam bhs Inggris menulis: “Allah menurunkan dalam Sura Bara’at (Repentance, IX) [perintah untuk mengabaikan (semua) kewajiban (perjanjian dsb), dan memerintahkan muslim untuk bertempur melawan Pagan dan juga melawan “people of the Scriptures (yahudi dan kristen) jika mereka tidak memeluk Islam, sampai mereka membayar Jizya (pajak yang dikenakan kepada Yahudi dan Kristen) dengan patuh dan mereka dalam keadaan tunduk (seperti yang diturunkan dalam S 9:29). Jadi muslim tidak diijinkan untuk menghentikan “perang” melawan mereka (pagan, yahudi dan kristen) dan tidak diijinkan untuk berdamai dengan mereka dan tidak diijinkan untuk berhenti bersikap keras terhadapa mereka sampai waktu yang tidak terbatas pada waktu mereka kuat dan memiliki kemampuan untuk bertempur melawan mereka. Jadi pada awalnya, “perang” dilarang, kemudian diijinkan, dan setelah itu menjadi keharusan/kewajiban” versi bahasa Inggrisnya: "Allah revealed in Sura Bara'at (Repentance, IX) [the order to discard (all) obligations (covenants, etc), and commanded the Muslims to fight against all the Pagans as well as against the people of the Scriptures (Jews and Christians) if they do not embrace Islam, till they pay the Jizya (a tax levied on the Jews and Christians) with willing submission and feel themselves subdued (as it is revealed in 9:29). So the Muslims were not permitted to abandon "the fighting" against them (Pagans, Jews and Christians) and to reconcile with them and to suspend hostilities against them for an unlimited period while they are STRONG and have the ability to fight against them. So at first “the fighting” was forbidden, then it was permitted, and after that it was made obligatory” [Introduction to English translation of Sahih Bukhari, p.xxiv.] S 9:1~5 menyatakan (Surat 9 secara kronologis merupakan surat terkahir dalam Quran, walaupun ada beberapa ayat sisipan dari periode awal Mekah) : (1) (Inilah pernyataan) pemutusan perhubungan daripada Allah dan Rasul-Nya (yang dihadapkan) kepada orang-orang musyrikin yang kamu (kaum muslimin) telah mengadakan perjanjian (dengan mereka). (2) Maka berjalanlah kamu (kaum musyrikin) di muka bumi selama empat bulan dan ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat melemahkan Allah, dan sesungguhnya Allah menghinakan orang-orang kafir. (3) Dan (inilah) suatu permakluman dari Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar, bahwa sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrikin. Kemudian jika kamu (kaum musyrikin) bertobat, maka bertobat itu lebih baik bagimu; dan jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak dapat melemahkan Allah. Dan beritakanlah kepada orang-orang kafir (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. (4) kecuali orang-orang musyrikin yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) dan mereka tidak mengurangi sesuatu pun (dari isi perjanjian) mu dan tidak (pula) mereka membantu seseorang yang memusuhi kamu, maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa. (5)“Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian. Jika mereka bertobat dan mendirikan salat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Tafsir Ibn Kathir menerangkan mengenai pengecualian atas deklarasi/permakluman dari Allah dan Nabi yang dinyatakan dalam (9:1~3) dan perintah yang ada di (9:5), kepada orang- orang-orang musyrikin yang telah memiliki perjanjian dengan Nabi. Bagi mereka yang memiliki perjanjian dengan Nabi tanpa menyebutkan waktu berakhirnya, mereka diberi batas waktu 4 bulan (yang dianggap sbg bulan haram seperti yang dinyatakan dalam 9:5). Bagi mereka ini, diberikan waktu empat bulan untuk mencari perlindungan sendiri dimanapun mereka menginginkannya seperti yang dinyatakan dalam (9:2) Selepas empat bulan ini, perintah yang ada di 9:5 bagi muslim diberlakukan terhadap mereka. Bagi mereka yang memiliki perjanjian yang ada batas waktunya, maka batas akhirnya adalah sesuai dengan perjanjian itu. Mereka yang ada dalam kategori ini, disyaratkan untuk tidak melanggar perjanjian dan dilarang membantu non-muslim melawan muslim. Selepas ini perintah Allah di 9:5 boleh diberlakukan terhadap mereka. Ibn Kathir menyebut Ayat 9:5 sebagai “ayat pedang “. Berikut petikan tafsir Ibn Kathir untuk ayat (9:5) Ini adalah Ayat Pedang Mujahid, `Amr bin Shu`ayb, Muhammad bin Ishaq, Qatadah, As-Suddi and `Abdur-Rahman bin Zayd bin Aslam berkata bahwa 4-bulan yang disebutkan di ayat ini adalah empat bulan masa tenggang yang disebutkan dalam ayat sebelumnya, (Maka berjalanlah kamu (kaum musyrikin) di muka bumi selama empat bulan) Allah selanjutnya mengatakan, (“Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu…), artinya, “setalah habis empat bulan yang diharamkan Allah memerangi musyrikin, dan yang merupakan masa tenggang yang Allah berikan kepada mereka, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka.” Pernyataan Allah selanjutnya, (maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka), artinya, di bumi, kecuali di tempat-tempat suci, karena untuk hal ini Allah berkata, (dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidilharam, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka.) (2:191) Disini Allah berkata, (dan tangkaplah mereka.), mengeksekusi beberapa dari mereka dan menagkap mereka sebagai tawanan. (Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian.), jangan menunggu sampai kamu menemukan mereka.) Tapi cari dan kepung mereka di tempat dan benteng mereka, cari informsi mengenai mereka di jalan-jalan atau tempat keramaian sehingga apa yang laus kelihatan lebih kecil bagi mereka. Dnan carfa ini, mereka tidak mempunyai pilihan, kecuali mati atau memeluk islam, (Jika mereka bertobat dan mendirikan salat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.) Abu Bakr As-Siddiq menggunakan ayat ini dan ayat-ayat mulia lainnya sebagai bukti untuk memerangi mereka yang menolak membayar Zakat. Ayat ini mengijinkan memerangi orang-orang kecuali, dan sampai dengan, mereka memeluk islam dan mengimplementasikan aturan dan kewajiban-kewajibannya. Allah menyebutkan aspek paling Islam paling penting disini, termasuk yang kurang penting. Sudah tentu, elemen Islam yang paling tinggi setelah dua kalimat shahadat, adalah sembayang, yang merupakan hak Allah,kemudian Zakat, yang memberi manfaat bagi orang miskin dan yang butuh. Semua ini adalah tindakan yang paling mulia yang dilaksanakan mahlukNya, dan ini adalah mengapa Allah sering menyebutkan sembahyang dan Zakat secara bersamaan. Dalam dua Sahih Hadiths, dicatat bahwa Ibn Umar berkata bahwa Nabi berkata, (Saya diperintahkan untuk memerangi orang-orang sampai mereka bersumpah bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, melaksanakan shalat dan membayar zakat) Ayat (9:5) yang mulia ini disebut sebagai Ayat Pedang, yang mana Ad-Dahhak bin Muzahim berkata, “Ayat ini menghapus semua perjanjian damai antara Nabi dan musrikin, semua perjanjian dan syarat-syaratnya.” Al-`Awfi berkata bahwa Ibn `Abbas memberi komentar: ”Tidak ada musrikin lagi yang memiliki perjanjian atau jani keamanan sejak Sura Baraah diturunkan. Empat bulan, sebagai tambahan untuk, semua perjanjian damai yang dilakukan sebelum Baraah diturunkan dan diumumkan telah berkahir pada tagl 10 bulan Rabi Al-Akhir.” versi bahasa Inggrisnya: This is the Ayah of the Sword Mujahid, `Amr bin Shu`ayb, Muhammad bin Ishaq, Qatadah, As-Suddi and `Abdur-Rahman bin Zayd bin Aslam said that the four months mentioned in this Ayah are the four-month grace period mentioned in the earlier Ayah, (So travel freely for four months throughout the land.) Allah said next, (So when the Sacred Months have passed...), meaning, `Upon the end of the four months during which We prohibited you from fighting the idolators, and which is the grace period We gave them, then fight and kill the idolators wherever you may find them.' Allah's statement next, (then fight the Mushrikin wherever you find them), means, on the earth in general, except for the Sacred Area, for Allah said, (And fight not with them at Al-Masjid Al-Haram, unless they fight you there. But if they attack you, then fight them. )(2:191) Allah said here, (and capture them), executing some and keeping some as prisoners, (and besiege them, and lie in wait for them in each and every ambush), do not wait until you find them. Rather, seek and besiege them in their areas and forts, gather intelligence about them in the various roads and fairways so that what is made wide looks ever smaller to them. This way, they will have no choice, but to die or embrace Islam, (But if they repent and perform the Salah, and give the Zakah, then leave their way free. Verily, Allah is Oft-Forgiving, Most Merciful.) Abu Bakr As-Siddiq used this and other honorable Ayat as proof for fighting those who refrained from paying the Zakah. These Ayat allowed fighting people unless, and until, they embrace Islam and implement its rulings and obligations. Allah mentioned the most important aspects of Islam here, including what is less important. Surely, the highest elements of Islam after the Two Testimonials, are the prayer, which is the right of Allah, the Exalted and Ever High, then the Zakah, which benefits the poor and needy. These are the most honorable acts that creatures perform, and this is why Allah often mentions the prayer and Zakah together. In the Two Sahihs, it is recorded that Ibn `Umar said that the Messenger of Allah said, (I have been commanded to fight the people until they testify that there is no deity worthy of worship except Allah and that Muhammad is the Messenger of Allah, establish the prayer and pay the Zakah.) This honorable Ayah (9:5) was called the Ayah of the Sword, about which Ad-Dahhak bin Muzahim said, "It abrogated every agreement of peace between the Prophet and any idolator, every treaty, and every term.'' Al-`Awfi said that Ibn `Abbas commented: "No idolator had any more treaty or promise of safety ever since Surah Bara'ah was revealed. The four months, in addition to, all peace treaties conducted before Bara'ah was revealed and announced had ended by the tenth of the month of Rabi` Al-Akhir.'' Jadi dalam S 9:5 Allah memerintahkan Nabi untuk membatalkan semua perjanjian dan untuk bertempur melawan “pagan”, yahudi dan kristen. Hal ini sangat kontras dengan yang Allah perintahkan sebelumnya di S 5:82. Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persabahatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani". Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri. Dr. Khan menambahkan: “Para mujahidin yang bertempur melawan musuh Allah dengan tujuan supaya pemujaan harus semuanya untuk Allah (hanya Allah dan tidak ada Tuhan yang lain) dan bahwa the word is Allah’s (yaitu, tidak ada yang lebih berhak disembah selain Allah dan Agama Allah Islam) harus menjadi yang paling utama.” versi bahasa Inggrisnya: The "Mujahideen who fight against the enemies of Allah in order that the worship should be all for Allah (alone and not for any other deity) and that the word is Allah's (i.e. none has the right to be worshipped but Allah and His religion Islam) should be upper most." Jadi sebelumnya “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam)” (S 2:265), dan kemudian, (S 61:10) Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (11) (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya, (12) niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam surga Adn. Itulah keberuntungan yang besar. Dr. Sohby as Saleh, seorang akedemisi kontemporer, tidak melihat S 2:256 dan S 9:73 sebagai kasus penghapusan/penggantian tetapi merupakan kasus penundaan perintah untuk berperang melawan musrikin. Untuk mendukung pandangan ini dia mengutip Imam Suyuti pengarang Itqan Fi 'Ulum al- Qur'an yang menulis, “Perintah untuk berperang melawan musrikin ditunda sampai muslim memiliki kekuatan, tapi jika mereka lemah mereka diperintahkan untuk bertahan dan sabar” versi bahasa Inggrisnya: “The command to fight the infidels was DELAYED UNTIL THE MUSLIMS BECOME STRONG, but when they were weak they were commanded to endure and be patient." [ Sobhy as_Saleh, Mabaheth Fi 'Ulum al- Qur'an, Dar al-'Ilm Lel-Malayeen, Beirut, 1983, p. 269.] (9:73) Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah neraka Jahanam. Dan itulah tempat kembali yang seburuk-buruknya. (2:256) Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);… Dalam catatan kakinya, Dr Sobhy, mendukung pendapat Zarkashi yang mengatakan: “Allah menurunkan kepada Muhammad dalam kondisinya yang lemah apa yang sesuai dengan situasinya, karena kemurahan hati/belas kasihan Allah kepada Nabi dan pengikutnya. Karena jika Allah memerintahkan mereka untuk berperang pada waktu mereka lemah itu akan sangat memalukan dan sangat sulit bagi mereka, tetapi jika Allah memberikan kemenganan bagi Islam Allah memerintahkan pada Nabi dengan apa yang sesuai dengan situasinya, yaitu meminta people of the book (yahudi dan kriten) untuk menjadi muslim atau membayar pajak keamanan(jizha), dan meminta musrikin untuk menjadi islam atau mati. Dua opsi ini, berperang atau berdamai dilakukan sesuai dengan kekuatan dan kelemahan muslim” versi bahasa Inggrisnya: "Allah the most high and wise revealed to Mohammad in his weak condition what suited the situation, because of his mercy to him and his followers. For if He gave them the command to fight while they were weak it would have been embarrassing and most difficult, but when the most high made Islam victorious He commanded him with what suited the situation, that is asking the people of the Book to become Muslims or to pay the levied tax, and the infidels to become Muslims or face death. These two options, to fight or to have peace return according to the strength or the weakness of the Muslims." [ibid p. 270] Dan Nahas menulis: “scholars (para ahli) berbeda pendapat mengenai S 2:256 (Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam). Beberpa mengatakan “Ini sudah diganti [dihapus] karena Nabi memaksa orang Arab untuk memeluk Islam dan memerangi mereka dan tidak menerima alternatif lain kecuali mereka menyerah kedalam Islam. Ayat pengganti adalah S 9:73 ) Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka.)Muhammad meminta ijin Allah untuk memerangi mereka dan ijin ini diberikan. Beberapa ahli lain menengatakan S 2:256 tidak dihapus/diganti, tetapi ini memiliki aplikasi yang khusus. Ayat ini diturunkan berkaitan dengan people of the book (yahudi dan kristen); mereka tidak dapat dipaksa untuk memeluk islam jika mereka membayar Jizia. Hanya untuk musrikin (penyembah berhala) saja yang dipaksa untuk memeluk islam dan untuk mereka diberlakukan S 9:73. Ini adalah pendapat Ibn Abbas yang merupakan pendapat paling baik karena keaslian dari chain of authority-nya.” versi bahasa Inggrisnya: "the scholars differed concerning Q. 2:256. (There is no compulsion in religion) Some said: 'It has been abrogated [cancelled] for the Prophet compelled the Arabs to embrace Islam and fought them and did not accept any alternative but their surrender to Islam. The abrogating verse is Q. 9:73 'O Prophet, struggle with the unbelievers and hypocrites, and be thou harsh with them.' Mohammad asked Allah the permission to fight them and it was granted. Other scholars said Q. 2:256 has not been abrogated, but it had a special application. It was revealed concerning the people of the Book [the Jews and the Christians]; they can not be compelled to embrace Islam if they pay the Jizia (that is head tax on free non-Muslims under Muslim rule). It is only the idol worshippers who are compelled to embrace Islam and upon them Q. 9:73 applies. This is the opinion of Ibn 'Abbas which is the best opinion due to the authenticity of its chain of authority." [ al-Nahas, An-Nasikh wal-Mansukh, p.80. See also Ibn Hazm al-Andalusi, A-Nnasikh wal-Mansukh, Dar al-Kotob al-'Elmeyah, birute, 1986, p.42.] Ibn Hazm al-Andalusi menulis: “Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas (2:190)” . Dari authority (wewenang/ahli/yang dapat diandalkan) Gafar ar-Razi dari Rabi' Ibn 'Ons, dari 'Abil-'Aliyah yang mengatakan: Ini adalah ayat pertama yang diturunkan di Medina dalam Quran berkaitan dengan berperang/bertempur. Pada waktu ayat ini diturunkan Nabi biasa berperang melawan mereka yang memerangi Nabi dan menghindari mereka yang menghindari beliau, sampai Surat-9 diturunkan. Dan demikian pula pendapat 'Abd ar-Rahman Ibn Zayd Ibn 'Aslam yang mengatakan ayat ini dihapus oleh ayat 9:5 “bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka” versi bahasa Inggrisnya: "Fight in the way of God with those who fight with you, but aggress not: God loves not the aggressors (2:190)" On the authority of Ga'far ar-Razi from Rabi' Ibn 'Ons, from 'Abil-'Aliyah who said: This is the first verse that was revealed in the Qur'an about fighting in the Madina. When it was revealed the prophet used to fight those who fight with him and avoid those who avoid him, until Sura 9 was revealed. And so is the opinion of 'Abd ar-Rahman Ibn Zayd Ibn 'Aslam who said this verse was cancelled by 9:5 "Slay the idolaters wherever you find them" [ bn Hazm al-Andalusi, An-Nasikh wal- Mansukh, Dar al-Kotob al-'Elmeyah, birute, 1986, P.27] Nabi memerintahkan dari para pengikutnya untuk memerangi orang-orang bahkan termasuk keluarga sendiri. Dan untuk menjustifikasi ini Nabi berkata “Fitnah lebih kejam dari pembunuhan” (S 2:191). Al-Mubarakpuri, penulis biografi modern dalam bukunya “Sealed Nectar” menulis salah satu kejadian berkaitan dengan hal ini dalam perang Badr yang merupakan serangan besar pertama yang dilakukan muslim terhadap Quraisy: Nabi mengingatkan kepada pengikutnya untuk melindungi nyawa orang Banu Hashim (keluarga Nabi) yang ikut pergi ke Badr bersama dengan para kafir/polytheist karena takut ancaman orang-orang mereka. Diantara mereka, Nabi menyebut Al-‘Abbas bin ‘Abdul Muttalib dan Abu Bukhtari bin Hisham. Nabi memerintahkan muslim untuk menangkap, tapi tidak membunuh mereka. Abu Hudhaifah bin ‘Utbah menjadi sangat heran dan berkomentar dengan mengatakan: “Kami membunuh ayah-ayah kami, anak-anak dan saudara-saudara satu klan kami, dan kemudian harus melindungi Al-Abbas ? Demi Allah! Jika saya berjumpa dia sudah pasti akan sayah bunuh dengan pedangku.” Mendengar hal ini, Nabi, ditujukan ke Umar bin Al-Khattab, berkata “Apakah adil muka paman Nabi dihantam pedang?” Umar menjadi marah dan mengancam akan membunuh Abu Hudhaifah. Abu kemudian menyatakan bahwa ketakutan yang amat sangat telah mencengkramnya dan merasa bahwa tidak ada yang bisa menggantikan kesalahannya ini kecuali mati martir. Dia terbunuh kemudian dalam kejadian di Al-Yamamah.” versi bahasa Inggrisnya: “The Prophet (Allah bless him and give him peace) advised his companions to preserve the lives of Banu Hashim who had gone out to Badr with the polytheists unwillingly because they had feared the censure of their people. Among them, he named Al-‘Abbas bin ‘Abdul Muttalib and Abu Bukhtari bin Hisham. He ordered the Muslims to capture, but not to kill them. Abu Hudhaifah bin ‘Utbah showed great surprise and commented saying: "We kill our fathers, children, brothers and members of our clan, and then come to spare Al-‘Abbas? By Allâh! If I see him I will surely strike him with my sword." On hearing these words, the Messenger of Allâh (Allah bless him and give him peace), addressing ‘Umar bin Al-Khattab, said "Is it fair that the face of the Messenger’s uncle be struck with sword?" ‘Umar got indignant and threatened to kill Abu Hudhaifah; the latter later said that extreme fear had taken firm grip of him and felt that nothing except martyrdom could expiate for his mistake. He was actually killed later on during Al-Yamamah events.” Sebagai tambahan, dalam ayat berikut Allah memerintahkan muslim untuk menjauhkan diri dari orang-orang yang tidak percaya islam, sekalipun mereka orang-tua maupun saudara sendiri. (Kalau misalnya saya dianggap kafir oleh saudara muslim saya, oleh anak atau orang tua saya, maka wajib bagi saudara muslim saya kalau mereka mau menjalankan apa yang diperintahkan Allah dalam Quran, untuk menjauhi saya , (9:23) Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu pemimpin-pemimpinmu, jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka pemimpin-pemimpinmu, maka mereka itulah orang-orang yang lalim. (24) Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. (Tafsir Ibn Kathir) Allah memerintahkan untuk menjauhkan diri dari orang-orang yang tidak percaya (disbelivers) meskipun mereka orang tua dan saudara sendiri dan melarang menjadikan mereka sebagai penyokong muslim; Jika mereka memilih disbelivers dibanding keimanan, Allah memperingatkan: (Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara atau pun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai) (S 58:22) Al-Hafiz Al-Bayhaqi mencatat bahwa ‘Abdullah bin Shawdhab berkata, “Ayah Abu Ubaydah bin Al-Jarrah berulang-ulang mengucapkan syukur kedapa berhala untuk anaknya dalam perang Badr, dan Abu Ubaydah terus mengabaikan dia. Pada waktu Al-Jarrah tetap melakukan itu, anaknya Abu Ubaydah mendekatinya dan membunuhnya. Allah menerunkan ayat berikut berkaitan dengan kejadian ini.: (Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya) (S 58:22) Allah memerintakan Nabi untuk memperingatkan mereka yang lebih menyukai keluarganya, saudara-saudara atau sukunya daripada Allah, Nabi dan berjihad di jalan Allah. (Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah ….akan hukuman dan siksaan Allah yang akan menimpamu sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.). Imam Ahmad mencatat bahwa Suhrah bin Ma’bad berkata bahwa kakeknya bicara,”Kami bersama Nabi, pada waktu beliau memegang tangan Umar bin Al-Khtab,. Umar berkata, “Demi Allah, anda, Nabi, adalah lebih dekat kepada saya dibanding apapun, kecuali diri saya sendiri.” Nabi berkata, (Tidak ada diantara kamu yang akan mendapatkan keimanan sampai saya menjadi lebih dekat kepada dirinya dibanding bahkan dirinya sendiri.) Umar berkata, “Sesungguhnya, sekarang, anda lebih dekat kepada saya dibanding diri saya sendiri, demi Allah!’ Nabi berkata, (Sekarang, O Umar!)” Al-Bukhari juga mencatat hadiths ini. .. Orang-orang Mekah sebelum islam adalah polytheist/penyembah berhala. Mereka secara alami toleran terhadap agama lain. Di Ka’ba saja terdapat beratus-ratus dewa sembahan, masing-masing merupakan dewa pelindung dari suku yang berbeda-beda. Disamping mereka, ada orang yahudi, kristen, sabean dan zoroastrians yang hidup di Hijaz dan tidak hanya menjalankan agamanya tapi juga berkhotbah secara bebas. Alasan orang-orang Mekah menyerang Nabi adalah bukan karena Nabi membawa agama baru, tapi karena Nabi dianggap tidak menghormati keyakinan leluhur mereka dan juga lebih-lebih karena mereka merasa terancam kehilangan pengaruh dan kekayaan yang mereka miliki dari Ka’bah. Sikap permusuhan mereka adalah sebagai reaksi dari apa yang dilakukan Nabi. Saya bisa mengerti reaksi mereka walaupun saya tidak sepaham dengan keyakinan mereka. Sebaliknya, Nabi setelah hijra ke Medina dan muslim memiliki kekuatan, dari apa yang saya baca, kelihatannya tidak “memiliki” toleransi” pada mereka yang menghina beliau. Apa yang dilakukan Nabi terhadap orang-orang seperti itu?